Pages

 

Thursday, August 29, 2013

Sendiri

0 comments
Sendiri adalah waktu yang tepat untuk bermesraan dengan Tuhan...
menangisi apa yang telah engkau lakukan terhadap Tuhanmu dan apa yang sudah banyak tuhan berikan kepadamu...
namun engkau tak dapat mengelak akan kesendirian yang sebenarnya,, kesepian akan pelukan, kesepian akan larangan, kesepian akan perlindungan, aslinya adalah kesepian akan fungsi tembok terakhir...
hingga kau kembali kepada jalan yang sama sekali tidak engkau kehendaki, jalan yang engkau sama sekali tidak dibekali tembok pertahanan yang kuat... Hingga kau terlena...
kemudian engkau kembali dalam kesendirian menikmati mesranya berdua dengan Tuhan...

Terpuruk....

Enggan menghadapi fase hidup berikutnya

Peran hidup yang akan kalian tempuh

Sendiri lagi
Read more...

Friday, June 21, 2013

Pengertian sayang yang semakin kabur

0 comments

Teruntuk dirimu yang sudah lima tahun lebih menemani hariku

Saya pernah berbicara bahwa keputusanku menyayangi seseorang membuat serba salah.. bagaimana mungkin saya dengan benar menyayangi seseorang, tapi pengertian itu menjadi kabur menjadi kabur menjadi sangat kabur..

Manamungkin bisa saya terlalu percaya, saya serahkan seluruh kepercayaanku kepada manusia. Manusia yang kusadari tidak pantas untuk dipercaya.. dia janji tidak akan melakukan ini dan itu, dia janji akan merubah hidupnya sedikit demi sedikit, dia berjanji untuk behenti merokok dan kesemua itu membuat saya kecewa. setelah aku benar-benar jatuh tak berdaya saya baru percaya dengan janji-janji tuhan yang begitu nyata… janji-janjiMu kekasihku…

Mana mungkin dia begitu mengatakan sayang itu bahwa saya harus nurut terhadap apa yang dia katakan. Dia tidak menoleh bahwa saya punya cara sendiri untuk menyatakan bahwa saya sangat menyayanginya bahkan dia menyangka saya membual, alasan klise, atau apalah yang ada di pikirannya tentang pikiran saya.

Aku sayang kamu adalah kata paling menyedihkan untuk diucapkan.
Read more...

Sunday, June 2, 2013

0 comments

Read more...

Tuesday, May 7, 2013

Dimas Erlangga

0 comments


Seperti yang sering penyair atau pujangga ungkapkan bahwa mereka sulit mendeskripsikan tentang pujaan hatinyaa.....
awalnya memang terkesan alay, namun saya meyakini bahwa itulah adanya..
seperti berkali-kali aku mencoba menuliskan semua tentangmu, semua hanya berbelit-belit dan penuh emosi..
cinta, sayang, rindu, kecewa, pesona, khayalan, inspirasi.... entahlah
mereka akan berujung sudut pandang yang tak kunjung ku temui..
Aku tak khawatir jika kelak aku tak bisa menceritakan tentangmu pada anak-anak kita..
karena aku yakin mereka akan merasakan sendiri betapa luar biasanya ayahnya...

Read more...

Tuesday, April 9, 2013

perkembangan kelompok

0 comments
Teman-teman kalian tau kan dikelas itu udah so pasti ada sub,sub kelompok atau kelompok-kelompok kecil yang sudah klik, mereka trebentuk biasanya karena ada kesamaan minat dan kebiasaan, ketika ada masalah dalam kelompok kilk tersebut kelompok akan menjadi semakin erat dan menunjukan eksistensinya..

masalahnya adalah ketika mereka sudah semakin erat dan menunjukan eksistensinya

to be continue....
Read more...

Monday, April 8, 2013

Makna Belajar dan Gaya Belajar

0 comments


Inilah bahan saya masuk kelas hari ini
Sebelumnya saya minta minta maaf mungkin ketika saya memberikan materi bimbingan di kelas terlihat kurang maksimal, saya bukanlah seorang professional yang sudah sangat luar biasa dibidangnya, saya disini sedang belajar sebagai seorang yang professional, saya senang menyebutnya sebagai belajar dan saya sangat menikmati proses belajar tersebut. Kalian sedang belajar sayapun sedang belajar oleh karena mari kita saling berbagi dan saling mengisi dari kalian saya akan sangat belajar banyak.
Ngomong-ngomong soal belajar, apakah kalian yakin kalau belajar itu adalah sebuah proses? Iya proses. Lalu hasilnya apa? Hasil dari belajar adalah perubahan perilaku, jika anda mengaku telah belajar ini dan itu namun tidak ada perubahan perilaku itu belum dinamakan belajar. Kemudian belajar seperti apa yang akan menghasilkan perubahan perilaku? Yaitu aktifitas menganal, mencerna dan memaknai apa yang dipelajari.
Bagi saya belajar adalah sebuah keajaiban, karena ketika alam semesta ini diciptakan beserta isinya, tuhan memberikan wewenang seluas-luasnya kepada manusia untuk mengelola segala isinya. Ketika kita dilahirkan dari rahim orangtua kita kita seperti kertas berwarna yang siap untuk ditoreh sejarah hidupnya, seperti gelas kosong yang siap untuk diisi dan seperti lilin yang siap untuk dinyalakan. Yah, sebuah lilin yang siap untuk dinyalakan karena manusia menyimpan kunci alam semesta yang dititipkan oleh tuhan. Dan password pertama dan utama adalah Iqra (ayat pertama yang tuhan turunkan) seruan pertama agar manusia membaca… belajar…. Kunci ini akan membuka rahasia-rahasia Tuhan, rahasia-rahasia ilmuNya.. maka belajar bukanlah suatu beban melainkan sebuah keajaiban, keniscayaan, kekaguman, ungkapan kesyukuran dan jalan untuk mengenal Tuhan, bukankah kenikmatan hidup itu adalah ketika kita mengenal Tuhan.
Dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan laut (menjadi) tinta, ditambahkan kepadanya tujuh laut laut (lagi) sesudah (kering)Nya, niscaya tidak aka nada habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah (ilmu dan hikmatNya). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana (QS. Luqman:31)
Kemudian untuk apa kita belajar?
Jika anda tidak mengahsilkan apa-apa dalam belajar, maka cek kembali metode belajar anda tapi jika anda tidak bergairah dalam belajar, anda harus segera menyadari mungkin anda tidak memiliki tujuan atau mungkin kehilangan tujuan.
Ini akan membiacarakan soal tujuan, saya yakin tujuan manusia diciptakan dimuka bumi ini adalah untuk mengabdi kepada Tuhan, begitupun dengan belajar, belajar adalah wujud pengabdian kita kepada Tuhan maka tujuan belajar adalah karenaNya dan mengharap Rido dan berkah dariNya,,
Karena hilangnya spirit ketuhanan inilah yang membuat banyak penyelewengan-penyelewengan dalam belajar dan turunnya semangat belajar, penyelewengan tersebut antara lain menyontek, memalsukan nilai, jual-beli ijazah, penjokian  dll. (naudzubillah) . saya yakin pelaku tersebut nampak kehilangan tujuan utamanya yaitu tujuan ketuhanan..  mereka mulai mengambil dunia sebagai tujuan, menghalalkan segala cara agar memperoleh gelar, uang yang banyak dalam waktu yang singkat dan cara yang tidak sehat. Jika tujuan ketuhanan masih dipengang, maka hal tersebut tidak akan terjadi dan proses belajarpun akan luar biasa hasilnya dan tentunya memperoleh berkah dariNya… 
Kadang tujuan spiritual tidak abstrak dan tergeser oleh tujuan dunia, sebenarnya bukan itu yang terjadi mereka hanya tidak memiliki tujuan-tujuan kecil untuk mencapai tujuan besar bukankh untuk mencapai 100 km harus mencapai 10 km dahulu.
Maka kita harus memiliki tujuan-tujuan kecilnya, tujuan itu adalah kemudahan hidup. Apakah kalian sadari kita mempelajari computer agar kita menguasainya dan pekerjaan harian menjadi mudah, kita mempelajari bahasa agar kita lebih mudah dalam berkomunikasi dll.
Jika tujuan anda belajar adalah untuk memperoleh nilai yang bagus, maka ketika anda mendapat nilai yang bagus setelah itu selesai bahkan kadang anda melupakan apa yang anda pelajari ketika ujian telah berakhir dan ketika anda memperoleh nilai yang tidak memuaskan serentak anda akan kecewa. Maka cek kembali tujuan anda belajar..
Namun kenapa belajr itu sering tidak menyenangkan? Maka anda harus mengecek kembali bagaimana gaya anda dalam belajar.
Gaya belajar adalah sesuatu yang penting agar proses belajar bisa menyenangkan dan hasilnyapun memuaskan.  Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality).
Pengertian Gaya Belajar dan Macam-macam Gaya Belajar
1.      VISUAL (Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung,kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
a.       Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
b.      Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
c.       Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
d.      Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
e.       Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
f.       Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
g.      Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu

2.      AUDITORI (Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu :
a.       Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
b.      Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
c.       Cenderung banyak omong
d.      Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
e.       Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
f.       Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
g.      Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll

3.      KINESTETIK (Kinesthetic Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya  ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu :
a.       Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
b.      Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
c.       Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
d.      Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
e.       Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
f.       Menyukai praktek/ percobaan
g.      Menyukai permainan dan aktivitas fisik





Read more...

Sunday, April 7, 2013

Kata GALAU adalah Virus

0 comments
Galau dan move on adalah istilah yang sedang tren dikalangan remaja, remaja kita sering merasa bangga ketika mengatakan kata tersebut.. masih mending mereka berkata "bu, gimana caranya buat move on?" dibandingkan dengan mereka yang berkata "aku lagi galau", jangan ganggu ih aku lagi galau?", "ga mau sekolah, suka galau kalo liat wajah dia"... Mengapa mereka sering mengatakan Galau kalau mereka memang benar-benar ingin move on...
Pandangan saya galau itu ternyata seperti virus menular menyebar seperti halilintar....
Mengapa remaja Galau?
Saya memandang hal tersebut sebagai hal yang wajar.. karena memang masanya... Ahli psikologi mengatakan masa remaja adalah masa badai dan tekanan (tentu saja mereka galau)...
mereka membutuhkan keterampilan-keterampilan agar dapat mengelola emosinya dengan baik..

Namun, saya lebih tertarik dengan kata GALAU.. dari planet manakah kata si galau ini berasal hingga menjadi kata yang popular, tren, tidak tabu,bahkan ada cenderung bangga,,
Ketika remaja mengatakan saya lagi GALAU kemudian dari kata tersebut tuing tuing tuing tuing mensugestikan pikiran, perasaan dan tindakan mereka menjadi seperti apa yang dia katakan Galau Tea (muyung).. Lalu Move On nnya mau kapan?

Menjamurnya kata galau yang menjadi biasa bahkan tren dan terkesan gahol (dibaca gaul) memberikan efek negatif terhadap mentalitas generasi bangsa....
Saya selalu ingin mengklarifikasi orang yang mengatakan dirinya sedang galau dengan pertanyaan "apa yang kamu rasakan sebenarnya?, galau yang seperti apa?" oke stop mengatakan galau..

Karena galau ini nge-top, remaja cenderung biasa saja ketika berada pada posisi tersebut karena mereka menganggap hal ini biasa, toh seluruh dunia juga sedang galau sampai ada account galau di twitter yang selalu menjadi trending topic.. Mereka merasa memiliki teman dan galau menjadi hal biasa....

dan saya menghimbau kepada orang-orang yang tersadarkan untuk mensadarkan orang-orang yang belum sadar agar bisa MOVE ON.. karena virus galau ini sudah benar-benar memprihatikan..
Read more...

Aku Adalah Guru Bimbingan dan Konseling

0 comments
Perkenalkan nama saya yayu resti purwitasari calon guru BK.
Siapakah guru BK itu?
Mereka adalah pendidik, pengasuh, teman, pendengar sejati dan pemberi motivasi bagi  siswa-siswanya...
Seorang guru (bukan hanya guru BK) tidak sebatas memberikan informasi atau transfer ilmu di sekolah kepada siswa lalu setelah ini selesai (Tidak). apakah dengan ini mengarah kepada tujuan pendidikan? Tidak, tujuan pendidikan tidak hanya untuk mencetak generasi penerus yang pintar menghafal bergudang-gudang teori saja... Bangsa ini membutuhkan generasi penerus yang berkarakter...
Guru sejati adalah seorang motivator yang ketika siswa menyebut namanya tergetar hatinya untuk bergerak lebih maju,..
Lalu siapakah aku?
90% pengaruh guru terhadap siswa bukan terletak pada kepintarannya pada bidang tertentu, namun KEPRIBADIAN....

to be continue
Read more...

Saturday, April 6, 2013

Masayu

1 comments

Read more...

MasayU

0 comments
Apa yang telah terjadi aku tak mengerti, begitupun kamu..
entah apa yang telah membawaku kepadamu..
pleasure..
aku merasa kaya memiliki sesuatu yang tak bisa dibeli.
kita tidak sedang berbicara cinta lagi, kita tidak sedang berbicara rencana lagi, kita tidak sedang berbicara tentang komitmen lagi, kita tidak sedang berbicara yang memusingkan otakku lagi...
kita berbicara tentang masing-masing,,, menemukan kenyamanan masing-masing...

Faktalah yang berbicara..
seberapa keras aku mencari, menderita
seberapa keras engkau pahamiku, kecewa.
sekeras itu pula kasih sayang menghantamnya, menggerang mencari kedamaian, mencari pasanganya..
dan kasih sayang memenangkannya..

memang sulit dipahami jalan kita...
tapi kita yakin jalan tuhan..
memberikan space kepada tuhan untuk menetapkan takdirnya..
Read more...

Wednesday, March 27, 2013

Wanita Harus Cerdas

2 comments

Ini berawal dari Galau plend, tadinya mau mengefektifkan waktu, potensi otak dengan menulis karena aku sudah bosan bermalas-malasan,, saatnya mengaktifkan kembali myelin myelin dalam otak biar jadi wanita yang tidak kaku otaknya....
ditengah curhatan, aku menjadi teringat sosok wanita yang begitu rapuh saat ditinggal meninggal oleh suaminya dan aku juga teringat ibu-ibu cerdas yang dapat survive dan kuat.. 
Aku ingin menjadi seperti mereka yang tidak bersembunyi dibalik ketiak suami atau bersembunyi dibalik ketiak keluarga.

walaupun bahasanya masih nyarugak,


Ini dia curhatannya....... cekidot 
Karena sebenarnya aku ingin sendiri membiarkan perasaan ini mengalir dengan sendirinya tanpa saling mengungkapkan, tanpa saling menyinggung,.. membiarkan rahasia tuhan berjalan semestinya dan kita dengan setia menunggu keajaiban itu datang dengan cara yang semestinya.

Apa gunanya pacaran? Sebagai penyemangat hidup? Lalu, hidup yang seperti apa?.. aku hanya ingin katakan kalau ini sia-sia dan memaksakan…

Apa yang kau pikirkan di hari-harimu? Aku pastikan engkau lebih banyak memikirkan tentang pasanganmu, ingin memberikan yang terbaik untuk pasanganmu, merencanakan hal-hal yang indah dengan pasanganmu. Lalu, kapan engkau memikirkan tentang dirimu sendiri?
Kegiatan kita sehari-hari hanya ketidakpastian,menyia-nyiakan waktu…. Dan sudahlah aku tidak ingin terlalu banyak memikirkan hal ini…

Sendiri….

Mencoba membiasakan hidup sendiri, bukan apa-apa, aku hanya ingin lebih mencintai diriku sendiri dengan menghabiskan sebagian besar waktuku untuk aku…. Maka marilah kita me Longdistance kan hubungan kita, marilah kita menggantungkan hubungan kita dengan memberikan celah untuk Tuhan bertindak sesukanya.. lalu hati kita akan mengalir, berjalan menuju muaranya… kita lakukan hidup yang benar..

Wanitapun harus berkarya…

Apapun profesinya, wanita wajib berpendidikan tinggi karena ibu yang cerdas akan menghasilkan anak-anak yang cerdas pula.. ini tidak terpaku untuk mereka yang memiliki gelar sarjana, magister atau apapun juga.. karena pendidikan itu tidak terbatas di lembaga formal.. wanita harus cerdas dengan melakukan aktifitas-aktifitas pendidikan..

Wanita bukan hanya memikirkan shoping, hangout, kuliner, boyfriend, berlibur, berkumpul dengan geng-geng sosialita, menggosip…
Ibu yang cerdas akan memiliki pribadi yang kuat, survive, tanpa harus berlindung di balik ketiak nama suami, nama keluarga, gelar atau apapun itu…
Maka, marilah wanita melakukan aktifitas-aktifitas pendidikan dengan mengesampingkan godaan tentang kesenangan-kesenangan yang sebenarnya kecil dan sedikit, carilah rekan-rekan yang akan membantumu untuk selangkah lebih maju, temukan yang kau sukai dan mulailah..






Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan generasi yang cerdas

Read more...

Monday, March 4, 2013

MY JOURNEY MATKUL SEMBK

0 comments

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Masa transisi dan Sekolah Dasar ke Sekolah Menengah Pertama berada pada periode yang penting ditandai dengan pesatnya pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan yang disebut masa pubertas.
Transisi memasuki sekolah menengah atau sekolah menengah pertama dari sekolah dasar merupakan sebuah pengalaman normative yang dialami semua anak (Santrock : 2007). Pada saat individu memasuki lingkungan baru mereka diuntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat hidup dan berkembang dengan baik, meskipun pengalaman ini bersifat normative namun terdapat kecemasan yang menimbulkan stress karena mereka menemukan banyak perubahan yang terjadi pada diri sendiri, keluarga, guru, teman dan lingkungan sekolah, begitupun yang dikemukakan Akos (Duchesne at. al : 2012). The transition from elementary to middle school has long been recognized as a potentially anxiety-provoking turning point
Siswa akan menemui banyak perubahan, Ketika pada jenjang Sekolah Dasar semua mata pelajaran di ajarkan oleh guru yang sama sekaligus berperan sebagai wali kelas, pada saat mereka memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama mereka dihadapkan pada guru yang lebih banyak berdasarkan mata pelajaran yang diampunya dan terdapat perbedaan frekuensi pertemuan dengan wali kelas yang sangat signifikan, selain itu pada umumnya siswa baru memiliki kekhawatiran kerena sebelumnya berada pada kelompok pertemanan yang homogen menjadi kelompok kawan yang lebih besar dan heterogen dan menyesuaikan diri dengan pelajaran yang lebih banyak dari sebelumnya. hasil sebuah penelitian Akos (Duchesne at. al : 2012) menyebutkan bahwa
“The research on sources of stress experienced by adolescents entering middle school suggests that the ability to adapt to new teaching and evaluative practices, maintain elementary school performance, and establish harmonious relationships with other students and adults at school are typical concerns at this time”
Artinya adalah kekhawatiran-kekhawatiran atau kecemasan pada masa transisi ini yang dirasakan siswa adalah terkait dengan adaptasi atau penyesuian terhadap guru-guru baru beserta praktek evaluasi, mempertahankan performa di sekolah terkait dengan prestasi dan bagaimana menjalin persahabatan yang harmonis dengan teman-teman yang lain dan kakak tingkatnya. Begitupun kekhawatiran yang dirasakan oleh orangtua ketika anaknya akan memasuki Sekolah Menengah Pertama berdasarkan hasil penyebaran angket terhadap 342 pasangan suami istri di Amerika Serikat menyebutkan bahwa kekhawatiran orangtua pada masa ini teridentifikasi tiga ranah kekhawatiran yaitu (a) worries about academic demands, (b)  worries about teachers, and (c) worries about peers. (Duchesne at. al : 2012).
Kenakalan remaja yang kali ini kerap menjadi tren berita di berbagai media masa dan elektronik menjadi indikasi adanya penyesuaian diri yang salah. Berbagai kasus yang terjadi diantaranya adalah perilaku merokok, perkelahian, tawuran, konsumsi minuman keras, pencurian penyalahgunaan obat-obatan dan sex bebas menjadi fenomena yang mengerikan.
Data dari Komisi Perlindungan Anak (2011) tersedia www.komnaspa.or.id menyebutkan bahwa 62,7 persen remaja SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Survei Komnas PA dilakukan terhadap 4.500 remaja pada 12 kota besar seluruh Indonesia pada tahuun 2011. hasil survey lebih dalam dikatakan bahwa 93,7 persen siswa SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, 21,2 persen remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat film forno dan 93,7% dari para remaja itu mengaku pernah melakukan berbagai macam adegan intim tanpa penetrasi. Data perokok anak usia 10 -14 tahun 2010 meningkat  6 kali lipat, pada tahun 1995 sejumlah 71.100 orang menjadi 426.200. Sepanjang tahun 2011, Komnas Perlindungan Anak mencatat 339 kasus tawuran. Sepanjang tahun yang sama KomNas Anak menerima 1.851 pengaduan anak yang berhadapan dengan hukum (anak sebagai pelaku) yang diajukan ke pengadilan.  Hampir 52% dari angka tersebut adalah kasus pencurian diikuti dengan kasus kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian, serta penganiayaan.

Elizabeth B. Hurlock (1993:213) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembanga tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian social. Menurutnya dikatakan tersulit dalam penyesuaian diri karena meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku social, pengelompokkan social yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam memilih pemimpin.
Bimbingan teman Sebaya dapat dijadikan media yang tepat untuk membantu memfasilitasi penyesuaian diri siswa baru. Teman sebaya dianggap sebagai orang yang mau mendengarkan dan mengerti karena memiliki pengalaman yang relative sama, teman sebaya juga dianggap tempat yang paling aman dalam menyampaikan berbagai keluhan dan kecemasan. Santrock (2007 : 55) juga mengungkapkan bahwa salah satu fungsi terpenting dari kelompok kawan sebaya adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. Bimbingan teman sebaya akan membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri yang baik. Menurut Ryan dan Patrick (Santrock 2007 : 57) relasi yang positif dengan kawan sebaya berkaitan dengan penyesuaian social yang positif.
Berdasarkan pemaparan diatas teman sebaya memiliki kaitan penting untuk mencapai penyesuaian social yang positif pada masa transisi ini. Berdasarkan berbagai permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja pada masa transisi tersebut yang menuntut siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik maka diperlukan bantuan untuk memfasilitasi perkembangan siswa agar berkembang secara optimal.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan focus permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana konsep bimbingan teman sebaya dan konsep penyesuaian diri di sekolah ?
2.    Bagaimana bimbingan teman sebaya dapat dijadikan strategi bimbingan dalam mengembangkan penyesuaian diri siswa baru di Sekolah Menengah Pertama?

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Memperoleh pemahaman tentang konsep bimbingan teman sebaya dan konsep penyesuaian diri di sekolah.
2.      Memperoleh bentuk strategi bimbingan teman sebaya untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa baru di Sekolah Menengah Pertama.

D.    Manfaat Penulisan

Manfaat Penulisan makalah ini khususnya bagi mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan adalah memberikan pemahaman baru tentang Bimbingan Teman Sebaya dan Penyesuaian Diri kemudian menjadi bahan diskusi tentang penerapan strategi bimbingan teman sebaya dalam mengembangkan Penyesuaian Diri Siswa baru di Sekolah Menengah Pertama.



BAB II
BIMBINGAN PADA MASA TRANSISI DARI SEKOLAH DASAR KE SEKOLAH MENENGAH PERTAMA


A.    Konsep Bimbingan dan Konseling

1.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pengertian bimbingan dan konseling memiliki pengertian yang berbeda atau terpisah. Maka, pentingnya membahas konsep dasar bimbingan dan konsep dasar konseling.
Shertzer dan Stone, 1971:40 (Uman Suherman, 2007:9), memandang bimbingan sebagai process of helping and individual to understand himself and his word.
Kartadinata, 1998:3 (Uman Suherman, 2007:9) menjelaskan bimbingan merupakan proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Sementara Rochman Natawidjaja, 1987:37 (Syamsu Yusuf, 2009:38) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada siswa yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya siswa tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyrakat pada umumnya. Bimbingan membantu siswa mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.
Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan, maka dapat di ambil makna bahwa bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan konselor kepada konseli dengan cara berkesinambungan dan memandirikan, sehingga individu dapat mencapai perkembangan diri yang optimal baik secara pribadi maupun sosial yang sesuai dengan norma yang ada pada masyarakat.
Bimbingan tidak bisa terlepas dari konseling, sebab bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang integral. Bimbingan secara luas sedangkan konseling sebagai alat untuk mencapai yang ingin dituju dari proses bimbingan.
Rogers (Suherman, 2002:94) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian hubungan (kontak) langsung dengan individu yang ditujukan memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
Selanjutanya Mortensen (Suherman, 2002:95) mendefinikan konseling sebagai proses hubungan antar seseorang dimana seorang dibantu oleh yang lainnya untuk meningkatkan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalah.
ASCA (American School Counselor Association ) (Yusuf dan Nurihsan, 2008:8) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.
Berdasarkan uraian pengertian konseling diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu dalam upaya memfasilitasi atau membantu individu untuk mengatasi masalah-masalahnya, dengan hubungan kontak langsung dengan individu dengan memandang bahwa setiap individu adalah berbeda atau unik.
2.      Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat : (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang hadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. (ABKIN, 2007)
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk : (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal. (ABKIN, 2007). lebih khusus layanan bimbingan di SMP menurut Ahman (2011) bertujuan untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan aspek pribadi sosial, pendidikan, dan karier sesuai dengan tuntutan lingkungan. Dalam aspek perkembangan pribadi sosial layanan bimbingan membantu siswa agar:
a.       Memiliki pemahaman diri
b.      Mengembangkan sikap positif
c.       Membuat pilihan kegiatan secara sehat
d.      Mampu menghargai orang lain
e.       Memiliki rasa tanggung jawab
f.       Mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadi
g.      Dapat menyelesaikan masalah
h.      Dapat membantu keputusan secara baik.
Dalam aspek perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu siswa agar dapat :
a.    Melaksanakan cara-cara belajar yang benar
b.    Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
c.    Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya
d.   memiliki keterampilan untuk menghadapi ujian
Dalam aspek perkembangan karir, layanan bimbingan membantu siswa agar dapat:
a.    Mengenali macam-macam dan ciri0ciri dari berbagai jenis  pekerjaan
b.    Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
c.    mengeksplorasi arah pekerjaan
d.   Menyesuaikan keterampilan, kemampuan, dan minat dengan jenis pekerjaan.

B.     Konsep Penyesuaian Diri di Sekolah

Transisi memasuki sekolah menengah atau sekolah menengah pertama dari sekolah dasar merupakan sebuah pengalaman normative yang dialami semua anak (Santrock : 2007). Pada saat individu memasuki lingkungan baru mereka diuntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat hidup dan berkembang dengan baik, meskipun pengalaman ini bersifat normative namun terdapat kecemasan yang menimbulkan stress karena mereka menemukan banyak perubahan yang terjadi pada diri sendiri, keluarga, guru, teman dan lingkungan sekolah.
Ketika siswa melalui transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama , mereka mengalami top-dog-phenomenon (Santrock : 2007). Kondisi ini adalah perubahan dari siswa yang paling tua, paling besar, dan paling kuat di sekolah dasar, menjadi siswa yang paling muda, paling kecil, dan paling lemah di sekolah menengah pertama. Transisi di sekolah menengah memang membuat siswa perempuan mengalami perubahan pubertas ketika mereka berada dalam konteks yang luas dan impersonal dari sekolah menengah, namun sekolah menengah tidak mengurangi frekuensi remaja menjadi siswa paling muda.
Menurut Fenzel dkk (Santrock : 2007) Sekolah yang memberikan lebih banyak dukungan, sedikit anominitas, stabilitass yang lebih besar, dan komplektifitas yang lebih rendah dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa di masa transisi dari sekolah dasar memasuki sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas.
Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat mendukung keberhasilan siswa di sekolah menengah, diantaranya adalah :
1)     Mengembangkan “komunitas-komunitas” atau “rumah-rumah” yang lebih kecil untuk mengurangi sifat dasar dari sekolah menengah yang lebih besar dan tidak personal.
2)     Memperkecil perbandingan antara jumlah siswa dan konselor dari beberapa ratus orang banding satu menjadi sepuluh orang banding satu.
3)     Mengembangkan kurikulum yang menghasilkan para siswa yang terpelajar, memahami ilmu pengetahuan, dan memiliki pemahaman mengenai kesehatan, etika, dan kewarganegaraan.
4)     Membuat guru mengajar dengan menggunakan kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, yang mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu, daripada sekedar menyampaikan materi-materi pelajaran secara terpisah dan dibatasi secara kaku olehwaktu sebanyak 50 menit.
5)     Mendorong kesehatan dan kebugaran para sisawa dengan lebih banyak menggunakan program-program sekolah dan menolong para siswa yang membutuhkan perawtan kesehatan masyarakat agar dapat memperolehnya.
             Pada hakikatnya hidup manusia adalah penyesuaian diri, manusia dituntut untuk menyesuaikan diri sepanjang hidupnya untuk memenuhi segala kebutuhannya. Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih  sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Menurut Scheneiders (Yusuf : 2008: 28) penyesuaian (adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses. Selajutnya dia menjelaskan ciri-ciri orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik (well adjusted), yaitu mampu merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome). Menurut Syamsu Yusuf (2008) yang dimaksud efisien disini adalah hasil yang diperolehnya tidak banyak membuang energy waktu, atau kekeliruan. Sementara wholesome adalah respon individu itu sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, hubungan dengan yang lain, dan hubungannya dengan tuhan.
Penyesuaian diri dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang diantaranya menurut Sunarto (Haeny : 2010) adalah sebagai berikut :
1)      Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bias “survive” dan memperolah kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan social.
2)      Penyesuaian sebagai konformita, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
3)      Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan respon-respon sedemikian rupa, shingga bias mengatasi segala macam konflik, kesulitas, dan frustasi-frustasi sedara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadap realitas hidup dengan cara yang adekuat atau memenuhi syarat.
4)      Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosonal artinya individu secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.

1.      Karakteristik Penyesuaian Diri
         Scheneiders (Yusuf : 2008: 28) mengemukakan penyesuaian yang normal terdiri dari beberapa karakteristik diantanya sebagai berikut :
a)    Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi emosi yang berlebih-lebihan, merugikan, atau tidak mampu mengontrol diri)
b)   Absence of psychological mechanism (terhindar dari mekanisme-mekanisme psiklogis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi dsb)
c)    Absence of the sense of personal frustrations (terhindar dari perasaan frustrasi atau perasaan kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhannya)
d)        Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan rasional, yaitu mempu memecahkan dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil)
e)    Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan dirinya, khususnya yang berkaitan dengan upaya memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah)
f)    Utilization of past experience (mampu memanfaatkan terkait pengalaman masa lalu, bercermin dari masa lalu baik yang terkait dengan keberhasilan maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik)
g)   Realistic, objective attitude (bersikap objektif dan realistic, mempu menerima kenyataan yang dihadapi secara wajar; mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk)
          Menurut Syamsu Yusuf (2008:27) Penyesuaian diri dapat di klasikasikan menjadi tiga kelompok yaitu: (a) gejala masalah yang meliputi neuroik, psikotik, psikopatik, epileptic; (b) jenis kualitas respon, meliputi: penyesuaian yang normal da penyesuaian yang tidak normal, seperti deference reactions, escape and with drawing, illness dan aggression; (c) jenis masalah, meliputi: personal, social, keluarga, akademik, vokasional dan marital (pernikahan).
Sementara itu Syamsu Yusuf juga menambahkan tentang respon-respon bentuk penyesuaian yang menyimpang diantaranya :
a)      Reaksi bertahan (individu di kepung oleh tuntutan-tuntutan dari dalam diri sendiri (needs) dan dari luar (pressure dari lingkungan) yang kadang-kadang menganggu rasa aman egonya. Untuk melindungi rasa aman egonya itu, individu mereaksi dengan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
b)      Reaksi menyerang (agresi adalah bentuk respon unul mereduksi ketegangan dan frustasi nmelalui media tingkah laku yang merusak, berkuasa atau mendominasi)
c)      Reaksi melarikan diri dari kenyataan (merupakan pertahanan diri terhadap tuntutan, desakan, atau ancaman dari lingkungan. Escape merefleksikan perasaan kejenuhan, atau putus asa, sementara withdrawal mengindikasikan kecemasan atau ketakutan)
d)     Penyesuaian dengan patalogis (individu yang mengalaminya perlu mendapat perawata khusus, yaitu bersifat klinis, bahkan perlu perawatan di rumah sakit. Yang termasuk penyesuaian patalogis ini adalah “neurosis” dan “psikosis”
e)      Tingkah laku anti social (merupakan tingkah laku yang bertentangan dengan norma masyarakat (baik secara formal = hukum/undang-undang maupun inormal = adat istiadat, dan norma agama.
f)       Kecanduan dan ketergantungan alcohol dan obat terlarang
g)      Penyimpangan seksual dan aids.


2.      Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri
Menurut Sunarto (Haeny:2010) secara keseluruhan kepribadian meiliki fungsi sebagai penentu utama terhadap peyesuaian diri. Maksud dari penentu adalah factor yang mendukung, mempengaruhi, serta menimbulkan dampak dalam proses penyesuaian. Secara utama berarti proses penyesuaianditentukan oleh factor-faktor  yang menentukan kepribadian tersebut baik internal maupun eksternal. Factor-faktor yang menentukan penyesuaian diri dapat di kelompokan sebagai berikut
a)      Kondisi fisik
Kondisi fisik yang ada pada diri siswa meliputi bentuk tubuh, kesehatan, penyakit dan sebagainya.
b)      Perkembangan dan kematangan
Meliputi kematangan emosional, intelektual, social, dan moral
c)      Penentu psikologis
Termasuk pengalaman, belajarnya, deterministi diri, konflik dan penyesuaian.
d)     Kondisi lingkungan, khususya keluarga, masyarakat dan sekolah.
e)      Cultural dan agama sebagai penentu penyesuaian diri.

C.    Strategi Bimbingan Teman Sebaya

Pengertian Bimbingan teman sebaya dalam rambu-rambu Bimbingan dan Konseling (2007:228) yaitu bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik lainnya, dimana peserta didik yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor, sama halnya yang dipaparkan oleh Syamsu Yusuf (2009:84) bahwa bimbingan teman sebaya adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya.
Teman sebaya adalah anak atau remaja yang memiliki tingkat kematangan yang kurag lebih sama (Santrock :2007) siswa akan lebih nyaman memiliki relasi dengan orang yang memiliki tingkat kematangan yang sama dibandingkan dengan teman yang memiliki usia yang relative sama namun tingkat kematangannya berbeda jauh.
Sulisworo Kusdiyati, Lilim Halimah dan Faisaluddin (2011) para ahli psikologi mengatakan bahwa teman sebaya tidak hanya diartikan sebagai kumpulan teman bermain, tetapi lebih merupakan perpaduan dari :
a.       Interaksi dasar regular
b.      Mempunyai rasa saling pengertian
c.       Memberikan norma yang spesifik secara implicit dan eksplisit mengenai bagaimana nggota dapat memperkirakan bagaimna bertingkah laku yang bai.
Mengembnagkan struktur dan hierarki kelompok yang memungkinkan tiap aggotanya untuk dapat bekerjasama kearah tujuan yang memungkinkan tiap anggotanya untuk dapat bekerja sama kearah tujuan dan prestasi bersama.



BAB III
PEMBAHASAN

           
Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah menengah pertama (SMP) muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan peserta didik. Tujuan bimbingan pada masa ini adalah sebagai berikut :
Dalam aspek perkembangan pribadi sosial layanan bimbingan membantu siswa agar:
1.      Memiliki pemahaman diri
2.      Mengembangkan sikap positif
3.      Membuat pilihan kegiatan secara sehat
4.      Mampu menghargai orang lain
5.      Memiliki rasa tanggung jawab
6.      Mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadi
7.      Dapat menyelesaikan masalah
8.      Dapat membantu keputusan secara baik.
Dalam aspek perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu siswa agar dapat :
1.      Melaksanakan cara-cara belajar yang benar
2.      Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
3.      Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya
4.      memiliki keterampilan untuk menghadapi ujian
          Dalam aspek perkembangan karir, layanan bimbingan membantu siswa agar dapat:
1.      Mengenali macam-macam dan cirri-ciri dari berbagai jenis  pekerjaan
2.      Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
3.      Mengeksplorasi arah pekerjaan
4.      Menyesuaikan keterampilan, kemampuan, dan minat dengan jenis pekerjaan.
           Karakteristik siswa pada masa remaja awal yaitu dimulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Menurut Yusuf dan Sugandhi (2011:77)  secara harfiyah pubertas berasal dari bahasa latin puberscence   (yang berarti “to grow hairy”), yang berarti tumbuhnya bulu-bulu, seperti bulu di sekitar kelamin, ketiak, dan muka. Secara istilah, kata pubertas berarti proses pencapaan kematangan seksual dan kemampuan untuk bereproduksi. Menurut Laurence Steinberg (Yusuf dan Sugandhi : 2011) ada tiga perubahan fundamental pada masa remaja, yaitu sebagai berikut.
1.      Biologis, seperti mulai matangnya alat reproduksi, tumbuhnya buah dada pada anak wanita, dan tumbuhnya kumis pada pria
2.      Kognisi, yaitu kemampuan untuk memikirkan konsep-konsep yang abstrack (seperti persaudaraan, demokrasi, dan moral), dan mampu berpikir hipotesis (mampu memikirkan hal-hal yang mungkin terjadi berdasarkan pengalamannya)
3.      Sosial, yaitu perubahan dalam status sosial yang memungkinkan remaja (khususnya remaja akhir) masuk ke peran-peran atau aktivitas-aktivitas baru, seperti bekerja, atau menikah.
Transisi sekolah menuntut remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yaitu sekolah disamping mereka sedang mengalami periode pubertas pada hidupnya sehingga siswa memiliki kesulitan dalam hal menyesuaikan diri. Tidak sedikit siswa memperoleh tekanan hingga akhirnya mereka cemas dan frustrasi. 
Penyesuaian diri di sekolah menurut Noona Kiuru dkk (2009) meliputi tiga aspek penyesuaian diantaranya adalah penyesuaian terhadap prestasi akademik, kepuasan terhadap jalur pendidikan dan school engagement. Jika siswa tidak dapat menyesuaikan diri maka siswa akan mengalami burnout di sekolah. Oleh karena itu diperlukan bimbingan dalam untuk memenuhi kebutuhan siswa pada masa awal masuk ke SMP dengan tujuan umum yaitu siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yaitu sekolah sehingga mampu berprestasi di sekolah.
Strategi yang diterapkan adalah strategi bimbingan teman sebaya. Bagi banyak remaja pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting. Menurut Sanrock dan Harhup (Sukaesih : 2011) studi kontemporer tentang remaja menunjukan bahwa hubungan positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian social yang positif dan teman sebaya memberikan fungsi-fungsi social dan psikologis yang penting bagi masyarakat. Fungsi penting lainnya mengenai kelompok teman sebaya yaitu sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari kelompok teman sebaya. Remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik, atau kurang baik, dibandingkan remaja-remaja lainnya. Mempelajari hal ini di rumah tidak mudah dilakukan karena saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda. (Santrock : 2007)
Santrock juga menerangkan bahwa relasi yang baik di antara kawan-kawan sebaya dibutuhkan bagi perkembangan social yang normal di masa remaja. Syamsu Yusuf (Sukaesih : 2011) melihat dari kajian psikologis, pergaulan yang terjadi diantara teman sebaya di pandang sebagai wahana untuk mewujudkan atau memenuhi kebutuhan social, yaitu (1) kebutuhan akan pengakuan social atau orang lain (need for affiliation); (2) kebutuhan akan keterkaitan dan cinta kasih (belongness and love); (3) kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety needs); (4) kebutuhan akan kebebasan (independence); (5) kebutuhan akan harga diri, hasrat untuk dihargai oranglain (self-esteem needs).
Shaffer (Sulisworo Kusdiyati, Lilim Halimah dan Faisaluddin : 2011:185) memaparkan tentang bagaimana teman sebaya menggunakan perannya, diantaranya sebagai berikut :
1.      Teman sebaya sebagai penguat social
   Teman sebaya Teman sebaya merupakan sumber yang cukup potensial sebagai penguat tingkah laku remaja, karena teman sebaya dapat memberikankkesamaan status terhadap remaja. Ketika teman sebaya menginstruksikan untuk beberapa tingkah laku yang diinginkan kelompok dan mengabaikan tingkah laku lain secara signifikan dapat mempengaruhi tingkah laku yang akan dimunculkan remaja. Perilaku individu dapat diperkuat, dipertahankan, ataupun menjadi hilang dengan melihat reaksi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang diberikan oleh teman sebayanya terhadap tindakan yang dilakukannya.
2.      Teman sebaya sebagai model tingkah laku remaja
      Pengaruh teman sebaya tidak hanya sebagai penguat dan pemberi hukuman, tetapi juga sebagai  social model. Atribut-atribut dan aktivitas-aktivitas lain secara mudah diperoleh dengan mengamati model teman sebaya dalam bertingkah laku. Fungsi lain dari model teman sabaya adalah sebagai informasi bagi individu mengenai bagaimana remaja dapat bertingkah laku pada situasi yang berbeda melalui imitasi dari model-model yang dominan serta anggota-anggota dalam kelompok teman sebaya.
3.      Teman sebaya sebagai obyek dalam perbandingan social
      Remaja sering kali sampai pada kesimpulan-kesimpulan mengenai kemampuan mereka dan aspek-aspek kepribadian lainnya, dengan memperbandingkan tingkah laku dan prestasi mereka dengan teman sebayanya. Hal ini dikarenakan teman sebaya adalah individu yang memiliki usia yang sama, menjadikan teman sebaya lebih merupakan pilihan yang logis bagi perbandingan sosial yang serupa.
4.      Teman sebaya sebagai pengkritik dan agen untuk meyakinkan anggotanya
      Kelompok teman sebaya sering kali menjadikan tempat untuk mendiskusikan dan memperdebatkan hal-hal yang tidak mereka setujui. Seorang remaja akan lebih mudah dibujuk atau dikriktik oleh teman sebayanya dibandingkan oleh orang tua atau guru. Bujukan dari teman sebaya sering kali dapat mengubah pandangan remaja terhadap sesuatu hal tertentu. Hal ini dilakukan remaja untuk membentuk atau membina suatu hubungan baik dengan kelompok sebayanya.
       Melalui keempat peranan teman sebaya diatas, remaja berusaha untuk membina relasi yang baik dengan kelompok teman sebayanya, untuk dapat diterima oleh kelompoknya, remaja akan berusaha mengikuti setiap tingkah laku yang ditampilkan oleh teman-teman kelompoknya.
       Berdasarkan urgensi diatas maka bimbingan teman sebaya disini adalah bimbingan yang diberikan oleh perwakilan kakak tingkat kelas VIII dan IX yang telah dipilih dan diberi pelatihan untuk melaksanakan bimbingan terhadap adik tingkatnya. Tujuan umum bimbingan teman sebaya iadalah untuk membantu siswa baru memperoleh penyesuaian diri yang baik sehingga dapat berprestasi disekolah sedangkan tujuan khusus yaitu
1.        Siswa dapat menjalin relasi yang baik dengan teman-teman barunya, kakak tingkat, guru-guru dan personel sekolah lainnya.
2.        Siswa memiliki manajemen waktu dalam menghadapi pelajaran yang lebih banyak dan kegiatan yang lebih banyak dari sebelumnya.
3.        Siswa dapat berminat dan aktif dalam kegiatan ekstraklikuler di sekolah.
4.        Menumbuhkan kepedulian kakak tingkat terhadap adik tingkatnya.
     Materi yang akan dikembangkan pada bimbingan teman sebaya ini adalah sebagai berikut :
a.       Memiliki pemahaman diri
b.      Mengembangkan sikap positif
c.       Membuat pilihan kegiatan secara sehat
d.      Mampu menghargai orang lain
e.       Memiliki rasa tanggung jawab
f.       Mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadi
g.      Dapat menyelesaikan masalah
h.      Dapat membantu keputusan secara baik.
i.        Melaksanakan cara-cara belajar yang benar
j.        Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
k.      memiliki keterampilan untuk menghadapi ujian
l.        Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
Bimbingan ini dilaksanakan selama satu semester dari awal MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik) sampai menjelang akhir semester, semester kedua digunakan sebagai pelatihan calon tutor teman sebaya. Bimbingan teman sebaya dilaksanakan setiap hari selama MOPD, kemudian pertemuan selanjutnya dilaksanakan setiap dua minggu sekali.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Bimbingan pada masa transisi adalah proses bantuan yang diberikan konselor kepada konseli dengan cara berkesinambungan dan memandirikan untuk membantu mengembangkan penyesuaian diri siswa di sekolah sehingga individu dapat mencapai perkembangan diri yang optimal baik secara pribadi maupun sosial yang sesuai dengan norma yang ada pada masyarakat. salah satu strategi bimbingan yang digunakan adalah Bimbingan teman sebaya yaitu bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik lainnya, dimana peserta didik yang menjadi pembimbing, sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Bimbingan ini dilaksanakan selama satu semester dari awal MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik) sampai menjelang akhir semester, semester kedua digunakan sebagai pelatihan calon tutor teman sebaya. Bimbingan teman sebaya dilaksanakan setiap hari selama MOPD, kemudian pertemuan selanjutnya dilaksanakan setiap dua minggu sekali.












DAFTAR PUSTAKA

Santock (2007) Remaja, Jilid 2, Edisi 11.(Alih bahasa  Widyasinta) Jakarta : Erlangga

Duchesne (2012). “Worries About Middle School Transition and Subsequent Adjustment : The Moderating Role Classroom Goal Structure”. The Journal of Early Adolescence 32, (5),  681  –710

Kusdiyati S, Lilim H, dan Faisaluddin (2011). “Penyesuaian Diri di Lingkungan Sekolah Pada Siswa Kelas XI  SMA Pasundan 2 Bandung. Jurnal Humanitas Universitas Islam Bandung. VIII (2), 172-186

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Sukaesih (2011). Hubungan Antara Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Remaja. Skripsi Sarjana Strata Satu pada UPI Bandung.
ABKIN. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta.
Yusuf, Syamsu (2008). Mental Hygiene. : Terapi Psiko-spiritual untuk Hidup Sehat Berkualitas. Bandung : Maestro

Yusuf dan Sugandhi (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Yusuf dan Nurihsan (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Noona Kiuru, dkk (2011). “Peer group homogeneity in adolescents’ school adjustment varies according to peer group type and gender”. International Journal of Behavioral Development, 2009, 33 (1), 65–76

Haeny, Ida Noor  (2010) Program Bimbingan Kelompok Untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Siswa. Tesis Magister pada UPI Bandung.

Hurlock. (1993). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan Isti Widayanti). Jakarta: Erlangga.

Komisi Perlindungan Anak (2011). Laporan Tahunan. [online]. Tersedia di : www.komnaspa.or.id. (7 Oktober 2012)
Read more...