Anak
usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun, masa perkembangan tahap
ini merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan hidup manusia, masa
ini seringkali disebut dengan masa
keemasan atau “The Golden Age” karena
terjadi perkembangan yang sangat pesat. Begitu pentingnya masa ini
pemerintahpun menggalakkan program-program untuk memfasilitasi perkembangan
anak usia dini seperti didirikannya pos PAUD si setiap RW, pemberian bantuan
pada pembentukan Kelompok Bermain dll.
Melalui
lembaga pra-sekolah seperti kelompok bermain atau taman kanak-kanak, anak akan
banyak belajar bersosialisasi, mengenal warna, mengenal bentuk, dll. Perkembangan
pada fase ini tidak selamanya akan mulus, seringkali ditemukan banyak
permasalahan yang dihadapi anak dan orangtua salah satunya adalah permasalahan
yang timbul ketika anak mulai masuk lebaga PAUD, pada umumnya ketika di awal
anak masuk ke lembaga PAUD anak tidak mau ditinggal oleh ibunya mereka ingin
ditemani dari awal masuk kelas sampai pulang namun lambat laun seiring
interaksi dengan teman sebayanya tambah dekat dengan bantuan guru maka secara
berangsur anak tidak lagi meminta untuk ditemani, lalu bagaimana ketika anak
yang lain sudah tidak ditemani dikelas oleh ibunya sementara ada anak yang
sudah hampir satu tahun di lembaga PAUD masih tidak mau ditinggal oleh ibunya.
Ini merupakan salah satu permasalahan pada perkembangan anak usia pra sekolah.
Anak
yang dapat menyelesaikan tugas perkembangannya di masa ini akan mudah dalam
menuntaskan tugas perkembangan selanjutnya begitupun sebaliknya kemandirian
sebagai salah satu tugas perkembangan anak jika tidak ditangai sejak dini maka
akan berpengaruh pada perkembangan dimasa yang akan datang khususnya pada aspek
kemandirian. Anak yang masih berperilaku dependen dimasa depan akan memiliki
kecenderungan tidak mandiri bahkan sampai pada gangguan psikologis “Dependency” oleh karena itu dibutuhkan
upaya-upaya dalam menangani hal tersebut.
Kemandirian merupakan kemampuan seseorang dalam kemampuan
fisik, percaya diri, bertanggung jawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi
dan mengendalikan emosi.
Menurut Dra. Mayke Sugianto Tedjasaputra, M.Si., dosen
Psikologi Perkembangan Universitas Indonesia Jakarta, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kemandirian anak :
1. Faktor bawaan.; Ada anak yang berpembawaan mandiri, ada yang
memang suka dan menikmati jika dibantu orang lain
2. Pola asuh.; Bisa
saja anak berpembawaan mandiri menjadi tidak mandiri karena sikap orang tua
yang selalu membantu dan melayani.
3. Kondisi fisik anak; Anak yang kurang cerdas atau memiliki
penyakit bawaan, bisa saja diperlakukan lebih “istimewa” ketimbang
saudara-saudaranya sehingga malah menjadikan anak tidak mandiri.
4. Urutan kelahiran; Anak sulung cenderung lebih diperhatikan,
dilindungi, dibantu, apalagi orang tua belum cukup berpengalaman. Anak bungsu cenderung
dimanja, apalagi bila selisih usianya cukup jauh dari kakaknya http://mamahebat.wordpress.com/2011/01/05/membentuk-kemandirian-anak/
Nety Arbya on: 5 January 2011
Segala kekhawatiran lingkungan yang berlebihan dari orangtua
kepada anaknya akan menimbulkan ketidakmandirian pada anak, sebagai contoh anak
tidak dibiarkan mandi sendiri karena khawatir tidak bersih, orangtua melarang
anaknya makan sendiri karena takut makanannya tumpah, selain itu orangtua yang
sering membatasi dan melarang secara berlebihan anaknya berbuat sesuatu seperti
setiap anak beraktifitas orangtua sering mengatakan “jangan” tanpa diikuti
argumentasi yang jelas, pola doktrin seperti ini membuat anak ragu-ragu untuk
mengembangkan kreatifitasnya sehingga anak menjadi ketergantungan terhadap
orangtua dan tidak mandiri, terakhir adalah kasih sayang orangtua yang terlalu
berlebihan terhadap anaknya akan menimbukan ketidakmandirian pada anak misalnya
karena sangat saying apapun keinginan anak dipenuhi, bahkan karena protektifnya
anak dibiarkan saja “duduk manis” sementara orangtua atau pembantunya sibuk
melayaninya. Pendidikan dengan menjadikan anak sebagai raja kecil atau “the
little king” dalam rumah merupakan penyebab anak tidak mandiri (Cahyati : 2010)
tersedia http://m.ibudanbalita.com
Menurut Dra. Tjut Rifameutia Ali-Napis, M.A, dosen Psikologi
Pendidikan dari Universitas Indonesia, bantuan berlebihan bisa mensugesti anak
bahwa ia tidak mampu melakukan sesuatu sendiri. Ada dua alasan yang menyebabkan orang tua cenderung
memberikan bantuan dan perlindungan berlebihan. Yang pertama karena khawatir.
Padahal, orang tua yang terlalu khawatir akan membatasi anak untuk mencoba
kemampuannya.
Bila perlindungan berlebihan berlanjut terus sejalan dengan bertambahnya usia anak, maka anak akan selalu mengharapkan bantuan orang lain setiap kali ia menghadapi masalah. Alasan kedua, karena orang tua tidak sabar. Ketimbang menunggu anak berusaha memakai sepatunya sendiri, orang tua cenderung lekas membantu agar cepat selesai. Akibatnya, anak tidak memperoleh kesempatan untuk mencoba. Belajar mandiri memerlukan bantuan dan bimbingan orang tua. Hasilnya akan nampak bila orang tua rajin dan konsisten memberikan stimulus. Kemandirian hanya bisa dicapai melalui suatu tahapan yang sesuai dengan perkembangan usia anak. Misalnya, anak usia 6 tahun tidak bisa begitu saja dapat makan sendiri bila tidak pernah diberi kesempatan memegang sendok sejak usia 18 bulan. Oleh karena itu, latihan kemandirian mesti dimulai sejak dini sesuai dengan usianya. Orang tua tidak dapat hanya mengandalkan sekolah untuk menempa anak menjadi mandiri, karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ketimbang di sekolah.
Bila perlindungan berlebihan berlanjut terus sejalan dengan bertambahnya usia anak, maka anak akan selalu mengharapkan bantuan orang lain setiap kali ia menghadapi masalah. Alasan kedua, karena orang tua tidak sabar. Ketimbang menunggu anak berusaha memakai sepatunya sendiri, orang tua cenderung lekas membantu agar cepat selesai. Akibatnya, anak tidak memperoleh kesempatan untuk mencoba. Belajar mandiri memerlukan bantuan dan bimbingan orang tua. Hasilnya akan nampak bila orang tua rajin dan konsisten memberikan stimulus. Kemandirian hanya bisa dicapai melalui suatu tahapan yang sesuai dengan perkembangan usia anak. Misalnya, anak usia 6 tahun tidak bisa begitu saja dapat makan sendiri bila tidak pernah diberi kesempatan memegang sendok sejak usia 18 bulan. Oleh karena itu, latihan kemandirian mesti dimulai sejak dini sesuai dengan usianya. Orang tua tidak dapat hanya mengandalkan sekolah untuk menempa anak menjadi mandiri, karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ketimbang di sekolah.
Menurut Sholihatul (2012) tersedia : http://blog.elearning.unesa.ac.id/afiyatus-sholihatul-f/kemandirian-anak-usia-dini
ada beberapa ciri anak yang mandiri menurut ukuran anak usia dini, diantaranya
adalah :
1. Anak
dapat melakukan segaa aktivitasnya secara sendiri meskipun tetap dengan
pengawasan orang dewasa
2. Anak
dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan pandangan, pandangan itu
sendiri di perolehnya dari melihat perilaku atau perbatan orang-orang di
sekitarnya
3. Anak
dapat bersosialisasi dnegan oranglain tanpa perlu di temani orang tua
4. Anak
dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain.
Ada
beberapa hal yang menjadi perhatian dalam menanamkan kemandirian pada anak
sejak dini sebagai berikut :
1. Kepercayaan
; suasana sekolah yang terasa asing dan berat bagi anak karena harapan orangtua
dan guru agar menjadi anak yang baik, maka perlu tanamkan rasa percaya diri
anak dengan memberikan kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang mampu di
lakukan sendiri
2. Kebiasaan
; dengan memberikan kebiasaan yang baik kepada anak sesuai dengan usia dan
tingkat perkembangannya, misalnya membuang sampah pada tempatnya, melayani
dirinya sendiri, mencuci tangan, meletakkan mainan pada tempatnya, dll.
3. Komunikasi
; komunikasi merupakan hal penting dalam menjelaskan tentang kemandirian kepada
anak dengan bahasa yang mudah dipahami
4. Disiplin;
merupakan proses yang dilakukan oleh pengawasan dan bmbngan orang tua dan guru
yang konsisten. Dengan mengajarkan disiplin kepada anak sejak dini, berarti
kita telah melatih anak untuk mandiri di masa datang dimana kunci kemandirian
anak adalah sebenarnya ada di tangan orang tua dan guru.
Shilihatul
juga memapakan jenis-jenis kemandirian diantaranya a) kemandirian social dan
emosi, b) kemandirian fisik dan fungsi tubuh, c) kemandirian intelektual, d)
menggunakan lingkungan untuk belajar, e) membuat keputusan dari lingkungan dan
f) refleksi dalam belajar
Kemandirian, seperti seperti halnya kondisi psikologis yang
lain, dapat berkembang dengan baikjika diberikan kesempatan untuk berkembang
melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini.
Latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan, dan
tugas-tugas tersebut disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak... Latihan
kemandirian yang diberikankepada anak harus disesuaikan dengan usia anak.
misalnya untuk anak-anak usia 3-4 tahun, latihan kemandirian dapat berupa
membiarkana anak memasang kaos kaki dan sepatu sendiri, membereskan mainan tiap
kali selesai bermain, dll tersedia : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2193113-proses-perkembangan-kemandirian/#ixzz2AjhxkiOV.
Berbagai
macam permainan petualangan dapat diperkenalkan pada anak, baik yang bersifat
aktif maupun pasif. Permainan aktif berfungsi untuk melatih motorik kasar
karena lebih mengandalkan aktifitas fisik anak.
Flying fox, panjat dinding jala, jembatan titian, lompat ala tarzan,
kemah-kemahan dll adalah jenis permainan petualangan yang dapat kita gunakan
untuk merangsang motorik kasar anak. Permainan ini banyak kita temukan pada
arena outbond. Dan sebenarnya juga bisa kita ciptakan sendiri diarea pekarangan
rumah atau lahan kosong disekitar tempat tinggal. Tetapi aktifitas yang
melibatkan fisik seperti ini, pengawasan orangtua sangat mutlak diperlukan.
Permainan
pasif dapat kita artikan sebagai bentuk permainan yang mengandalkan pikiran dan
kesabaran anak. Dalam permainan ini si kecil digiring untuk berpikir dan
mengambil sebuah keputusan agar dapat memecahkan masalah yang ada. Permainan
ini dapat berupa game imajiner yang biasanya terdapat pada media computer.
Misalnya permainan (game) kursus membuat kue dengan beberapa tingkat keahlian
atau level. Contoh lain adalah permainan stategi perang dimana anak diajak
berfikir cara menghadapi serangan lawan sehingga akhirnya dia bisa menang.
Serial
televisi Si Bolang, merupakan edukasi yang baik untuk melatih anak agar mandiri.
Dimana didalam serial itu, anak diberi contoh permainan-permainan yang bersifat
petualangan. Dididik untuk menghadapi masalah dan menyelesaikannya
bersama-sama. Pendampingan orang tua dibutuhkan agar si kecil bisa bertanya
ketika mereka tidak mengerti cerita yang disampaikan. Lebih baiknya lagi jika
si kecil di ajak me-review tentang cerita-cerita itu agar kita tahu sejauh mana
daya serapnya atas apa yang baru dilihatnya.
Bentuk
petualangan lainnya adalah seperti berkebun. Dimulai dari memperkenalkan si
anak dengan berbagai macam tanaman, menanam tanaman di halaman rumah dan
sekaligus merawat atau menjaganya. Memberikan kepercayaan kepada mereka untuk
menanam dan sekaligus merawatnya akan melatih kesabaran dan tanggung jawab si
kecil.
Kegiatan
petualangan memang lebih tepat dilakukan di area terbuka dengan suasana alam
yang masih segar. Tempat seperti ini biasa kita temui di daerah pedesaan. Namun
hal ini juga bisa di lakukan di daerah perkotaan. Halaman rumah yang umumnya
sempit bisa menjadi arena permainan jika kita kreatif menata untuk memberi
peluang mereka mengembangkan diri dan meningkatkan kemandirian. Tersedia : http://bundaarsya.wordpress.com/2011/06/23/mendidik-kemandirian-anak-usia-dini/
DAFTAR
PUSTAKA
Arsya,
Bunda (2011) Mendidik Kemandirian Anak. [online]. Tersedia : http://bundaarsya.wordpress.com/2011/06/23/mendidik-kemandirian-anak-usia-dini/
(29Oktober 2012)
Sholihatul (2012). Kemandirian Anak Usia Dini. [online].
Tersedia : http://blog.elearning.unesa.ac.id/afiyatus-sholihatul-f/kemandirian-anak-usia-dini (29 Oktober 2012)
Proses
Perkembangan Kemandirian. [online]. Tersedia : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2193113-proses-perkembangan-kemandirian/#ixzz2AjhxkiOV.
(29 Oktober 2012)
Cahyati : (2010). Penyebab Anak Tidak Mandiri. [online].
Tersedia http://m.ibudanbalita.com.
(31 Oktober 2012)
Arbya,
Nety (2011). Membentuk Kemandirian Anak. [online]. Tersedia : http://mamahebat.wordpress.com/2011/01/05/membentuk-kemandirian-anak/
(29 Oktober 2012)
0 comments:
Post a Comment