ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) adalah sebuah istilah populer yang jika diartikan
perkata diantaranya adalah Attention = perhatian, Deficit = berkurang,
Hyperactivity = hiperaktif dan Disorder = gangguan. Jadi dalam bahasa Indonesia
ADHD dapat diartikan sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hyperaktif.
ADHD merupakan perilaku yang berkembang secara tidak sempurna dan timbul pada
anak-anak dan orang dewasa. Perilaku yang dimaksud berupa kekurangmampuan dalam
menaruh perhatian, pengontrolan gerak hati serta pengendalian motor (Indiyah,
1999). Senada dengan yang dipaparkan oleh Baihaqi jika didefinisikan secara
umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom (ciri
atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan sebagaian besar aktifitas hidup mereka (Baihaqi
dan M. Sugiarmin, 2006).
Secara historis pada
tahun 1845, Heincrich Hoffman, seorang neurolog untuk pertama kalinya menulis
mengenai perilaku yang kemudian dikenal dengan hiperaktif dalam buku “cerita
anak” karangannya (Baihaqi dan M. Sugiarmin, 2006). Penekanan Istilah ADHD pada
tahun 1017-1926 lebih disebabkan oleh epidemi encehalitis (peradangan otak).
Menurut AA straus dan Lethtinen di tahun 40 dan 50-an, label ini diterapkan
untuk anak-anak yang memperlihatkan perilaku serupa, tetapi pada diri mereka
tidak ditemukan kerusakan otak, dan memunculkan istilah “minimal brain manage”
dan “minimal brain dysfungtion”. Anggapan ini mendapat dukungan lebih jauh dari
penemuan yang dilakukan oleh Bradley pada tahun 1937, bahwa psycho simultan
amphetamine dapat mengurangi tingkat hiperaktivitas dan masalah perilaku.
Akibatnya istilah “minimal brain manage” dan “minimal brain dysfungtion” hanya berlaku
sampai tahun 50-an. Menurut Laufer, Denhoff dan Solomons () Diakhir tahun 50-an
ADHD disebut hiperkenesis yang biasanya ditujukan terhadap lemahnya penyaringan
stimuli yang masuk kedalam otak . sampai pada tahun 70-an, ada pendapat bahwa
selain hiperaktif, rendahnya perhatian dan kontrol gerak juga merupakan simtom
utama ADHD.
Kini
anak ADHD dibedakan menjadi 3 tipe.
a. Tipe
ADHD gabungan
b. Tipe
ADHD kurang memerhatikan dan tipe ADHD hiperaktif impulsif
c. Tipe
ADHD hiperaktif impulsive
Menentukan tipe anak
ADHD dapat dilihat dari gejala-gejala yang ditimbukannya, sebagai acuan
mengenai hal tersebut dapat dibaca pada edisi keempat (edisi terakhir) dari American Psychiatric Association (DSM
IV) 1994.
Berikut ini adalah
tabel 1. kriteria ADHD dari DSM (Diagnostic statistical Manual) IV 1994
American Psychiatric Association
AI. Kurang
Perhatian
Pada kriteria ini, penderita ADHD
paling sedikit mengalami enam atau lebih dari gejala-gejala berikutnya, dan
berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang
maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan
a.
Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap
sesuatu yang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan
sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya
b.
Seringkali mengambil kesulitan dalam memusatkan
perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain
c.
Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara
langsung
d.
Seringkali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan
gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat
kerja (bukan disebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti
intruksi)
e.
Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan
tugas dan kegiatan
f.
Seringkali kehilangan barang/benda penting untuk
tugas-tugas dan kegiatan, misalnya kehilangan permainan; kehilangan tugas
sekolah; kehilangan pensil, buku dan alat tulis lain.
g.
Seringkali menghindar, tidak menyukai atau enggan
untuk melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung,
seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah
h.
Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari
luar; dan
i.
Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan
sehari-hari
A.2
Hiperaktivitas Impulsifitas
Paling
sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas
berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan
yang maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktivitas
a.
Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka,
dan sering menggeliat di kursi.
b.
Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas
atau di dalam situasi lainnya di mana diharapkan agar anak tetap duduk
c.
Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan
dalam situasi di mana hal ini tidak tepat.
d. Sering
mengalami kesulitan dalam bermain atau terlihat dalam kegiatan senggang
secara tenang
e.
Sering “berteriak” atau bertindak seolah-olah
“dikendalikan oleh motor” dan
f.
Sering berbicara berlebihan
Impulsivitas
a.
Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan
selesai
b.
Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran
c.
Mereka sering mengintrupsi atau mengganggu orang
lain, misalnya memotong pembicaraan atau permainan
A.
Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau
kurang perhatian yang menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7
tahun.
B.
Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/ situasi.
C.
Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan
di dalam fungsi sosial, akademik atau pekerjaan
D.
Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD,
skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan
lebih baik oleh gangguan mental lainnya
|
ADHD termasuk dalam
subkategori Discruptive Behavior Disorder
yang merupakan gangguan terhadap
perilaku dan tidak termasuk gangguan perkembangan (Indiyah, 1999).
1.
Karakteristik
ADHD/Sympton ADHD
Menurut Barkley
(Indiyah, 1999), penderita ADHD bila dibandingkan dengan individu yang normal
pada usia dan jenis kelamin yang sama, maka pada penderita dapat diamati
gejala-gejala sebagai berikut :
a. Innattention
(tidak ada perhatian)
Penderita mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapinya.
Ciri-cirinya meliputi :
1) Penderita
sering tidak berhasil menyelesaikan tugasnya
2) Penderita
tampak tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya
3) penderita
sulit memusatkan perhatian dan sulit berkonsentrasi terhadap tugas yang
diberikan
4) penderita
mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatiannya terhadap tugas yang
diberikan.
b.
Impulsity
Impulsity yaitu
kemampuan untuk mengontrol perilaku berlangsung dengan lebih mengutamakan
dorongan hati. Ciri perilaku yang dimaksud antara lain :
1) Penderita
sering bertindak lebih dahulu sebelum berpikir
2) Sering
melakukan kegiatan lain sebelum kegiatan yang ada diselesaikan
3) Mengalami
kesulitan dalam mengatur dan mengorganisir pekerjaan tetapi tidak berhubungan
dengan kelemahan kognitifnya
4) Sering
berteriak-teriak dikelas dan mudah memotong pembicaraan oranglain
5) Dalam
situasi bermain penderita sering gagal dalam menunggu giliran
c.
Hyperactivity
Hyperactivity adalah
perilaku yang mempunyai kecenderungan untuk melakukan auatu aktivitas yang
berlebihan, baik motorik maupun verbal. Ciri-ciri perilaku yang dimaksud
meliputi :
1) Tidak
dapat duduk tenang berlama-lama
2) Selalu
bergerak misalnya selalu meloncat-loncat
3) Cenderung
berbuat usil
4) Gelisah
(dialami juga dalam keadaan tidur)
2.
Faktor
Penyebab ADHD
Pada hakikatnya menurut
Baihaqi dan Sugiarmin (2006) ADHD tidak dapat diidentifikasi secara fisik
dengan X-ray atau labolatorium, ADHD
hanya dapat dilihat dari perilaku yang sangat kentara pada diri anak ADHD.
Menurutnya walaupun penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari, namun
belum ada satupun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada.
Berdasarkan beberapa referensi dari para ahli yang meneliti faktor penyebab
ADHD dapat dipaparkan, diantaranya adalah :
a.
Genetika
Faktor genetika tampaknya menjadi faktor
utama dalam ADHD (Sciarra : 2004), ditegaskan kembali menurut Andi (2010)
Penyebab terbanyak dalam kasus ADHD adalah faktor genetika, sama halnya dengan
beberapa jenis gangguan lainnya yang serupa. Menurut para ahli, penderita ADHD
ditemukan kadar dopamine yang rendah dalam otak. Untuk saat ini sedang
dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai jenis gen-gen yang terlibat
dalam memproduksi kimia dopamine dalam otak seperti studi yang dilakukan
oleh ADHD Molecular Genetics Network. Menurut Nurdiyah (1999) kejadian faktor genetik ini dapat terlihat
dalam keluarga yang kecanduan alcohol, sociopath, histeris atau pada orangtua
yang mengalami gangguan psiatri lainnya, Nurdiyah juga menambahkan faktor
genetik ini dapat ditemukan pda bayi-bayi yang sangat aktif sejak lahir seperti
bayi mempunyai tingkat aktivitas yang tinggi, emosinya labil dan pola tidur
yang tidak teratur.
b.
Pre-,
peri-, dan pasca trauma melahirkan.
Barkley (Sciarra : 2004) menjelaskan
Komplikasi sebelum, selama, atau setelah lahir berkontribusi pada kemungkinan
berkembang ADHD pada anak. Dalam kasus ini, faktor keturunan akan
muncul menjadi faktor kuat dari komplikasi kehamilan atau persalinan (Turnbull
et al. dalam Sciarra: 2004). Postnatal trauma termasuk cedera otak,
paparan bahan kimia, infeksi, dan anemia-telah terhubung dengan ADHD (Baren
dalam Sciarra: 2004)
c.
Perbedaan
Otak.
Menurut Lou, Henriksen, Bruhen dkk (Sciarra : 2004) Studi telah menemukan bahwa pada anak
dengan ADHD terdapat aliran darah yang
kurang di daerah premotor dan prefrontal otak daerah yang terhubung ke sistem
limbict . Selain itu, studi electroencephalogram
telah menunjukkan bahwa anak-anak ADHD memiliki aktivitas lebih banyak di
belahan otak kanan dari lobus frontal dari pada belahan otak kiri (Graw dalam
Sciarra : 2004). Akhirnya, penelitian telah menunjukkan
bahwa dopamine dan norepinephric merupakan dua jawab untuk
kewaspadaan dan perhatian terhadap penderita ADHD karena penderita ini berada
pada tingkat yang lebih rendah diantara anak-anak tanpa ADHD (Barabasz &
Barabasz dalam Sciarra : 2004).
3.
Pengaruh
ADHD
Masalah yang selalu
tetap mengikuti penderita ADHD antara lain agresif, sulit tidur,
menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan terlarang (Indiyah: 1991). Perilaku
tersebut akan melahirkan kembali akibat-akibat yang lebih besar pengaruhnya,
menurut (Baihaqi dan Sugiarmin 2004) pengaruh utama terhadap kondisi tersebut
diantaranya :
a. Tidak
adanya pandangan ke dapan atau ke belakang, yaitu selalu hidup untuk saat ini
b. Keterampilan
organisasi yang kurang atau tidak adanya waktu untuk penanganan
c. Kurangnya
keterampilan sosial dan ketidakmampuan untuk membaca petunjuk sosial
d. Toleransi
frustasi yang kurang atau sikap tidak luwes
e. Keputusan
untuk mengambil resiko
f. Masalah
perpindahan sekolah, masalah dalam mencurahkan perhatian kepada oranglain dan
g. Berbohong,
bersumpah, mencuri serta menyalahkan oranglain.
Bukti lebih lanjut dari
pengaruh kuat ADHD berasal dari data yang disiapkan oleh Profesor Russel
Barkley dari hasil tiga penelitian yang dilakukan pada tahun 1977 tentang
bagaimana anak ADHD jika dibandingkan dengan anak-anak lain, data tersebut ada
pada tabel berikut :
Pola
perilaku umum
|
Anak-anak
ADHD (%)
|
Anak-anak
Khusus (%)
|
Berdebat
dengan orang dewasa
|
72
|
21
|
Menyalahkan
orang lain untuk kesalahan sendiri
|
66
|
17
|
Bertindak
mudah tersinggung atau mudah jengkel
|
71
|
20
|
Bersumpah
|
40
|
6
|
Berbohong
|
49
|
5
|
Mencuri
|
50
|
7
|
Keluar/kelulusan
|
Anak-anak
ADHD (%)
|
Anak-anak
Khusus (%)
|
Dikeluarkan
sementara
|
60
|
18
|
Dikeluarkan
secara tetap
|
14
|
5
|
Menyelesaikan
sekolah
|
67
|
100
|
Kegiatan
Seksual
|
Anak-anak
ADHD (%)
|
Anak-anak
Khusus (%)
|
Jumlah
pasangan
|
18.5
|
6.5
|
Keluarga
berencana yang digunakan
|
76
|
91
|
Penyakit
yang ditularkan secara seksual
|
17
|
4
|
Kehamilan
|
41
|
4
|
Anak-anak
yang berayah
|
38
|
1
|
Anak-anak
yang tidak dirawat orangtua
|
52
|
-
|
Pengaruh ini berlaku
terhadap individu dan orang-orang yang berada di sekitar kehidupan anak
penderita ADHD, kita dapat lebih rinci pengaruh ADHD dalam tiga bidang
diantaranya
a. Pengaruh
ADHD pada pendidikan
1) Tidak
dapat segera memulai
2) Prestasi
kurang
3) Bekerja
terlalu lambat/cepat
4) Melupakan
intruksi atau penjelasan
5) Tidak
melakukan tugas
6) Selalu
meninggalkan benda-benda sampai menit terakhir
7) Selalu
bingung
8) Menangguhkan
pekerjaan
9) Motivasi
yang kurang, mudah frustasi
10) Kesulitan
dalam menyelesaikan tugas dan
11) Menghindari
teman, berperilaku kacau
b. Pengaruh
ADHD pada perilaku
1) Menuntut
2) Turut
campur dengan orang lain
3) Mudah
frustasi
4) Kurang
mengendalikan diri
5) Tidak
tenang/gelisah
6) Lebih
banyak bicara
7) Suka
menjadi pemimpin, mudah berubah pendirian
8) Mengganggu,
cenderung untuk mendapat kecelakaan, dan
9) Mudah
bingung, mengalami hari-hari baik dan buruk
c. Pengaruh
ADHD pada aspek sosial
1) Mementingkan
diri sendiri, egosentris
2) Cemas,
kasar, tidak peka
3) Tidak
dewasa, tertekan
4) Harga
diri rendah
5) Keras/tenang,
membuat ramai
6) Tidak
berpikir panjang
7) Menarik
diri dari kelompok
8) Sering
berperilaku tanpa perasaan, dan
9) Tidak
mau menunggu giliran
Akibatnya banyak para
siswa dan orang dewasa lainnya melabeli anak ADHD dengan pelabelan yang
negatif, anggapan mereka terhadap anak
ADHD antara lain mementingkan diri sendiri, egosentris, cemas, kasar, tidak
peka, tidak dewasa, tertekan, harga diri rendah, keras/tenang, ramai dan ribut
melulu, tidak berpikir, menarik diri, tanpa perasaan dan tidak mau bergantian
0 comments:
Post a Comment