BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan usaha
terkendali untuk merubah perilaku serta sikap suatu individu ke arah yang lebih
baik. Ini bermakna pendidikan adalah suatu aktivitas yang terencana dan dirancang
untuk memberikan input kepada individu agar ia dapat mengembangkan kapasitas
dan potensi dirinya. Maka diperlukan suatu tatanan atau sistem yang dapat mengatur
pendidikan agar dapat diterapkan secara efektif yaitu kurikulum
Kurikulum PAUD haruslah
kurikulum yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak seusianya, model
pendidikan TK Atraktif adalah suatu model interaksi belajar mengajar yang
diciptakan dan dikembangkan oleh guru sehingga terjadi interaksi yang atraktif
(menarik, menyenangkan, merangsang, dan menantang). (Syaodih : http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK),
teknik yang digunakan merupakan teknik yang berorientasi perkembangan, bimbingan
merupakan upaya pemberian bantuan terhadap individu agar mencapai perkembangan
yang optimal seperti yang dikatakan Nurihsan : 2006 “Pada dasarnya bimbingan
merupakan upaya pemberian bantuan untuk membantu mengoptimalkan individu”.
Dalam proses perkembangan individu tidak akan terlepas dari berbagai masalah
baik itu berasal dari diri individu maupun dari lingkungan di luar individu,
untuk itu perlu adanya layanan yang memfasilitasi masalah tersebut. ASCA dalam
Nurihsan 2006 menjelaskan “konseling adalah hubungan tatapmuka yang bersifat
rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor
kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk
membantu klien mengatasi masalah-masalahnya. dalam memfasilitasi model
pembelajaran tersebut maka diperlukan kurikulum yang dapat mengatur pendidikan
agar dapat diterapkan secara efektif.
B.
RUMUSAN MASALAH
Pembahasan dalam makalah ini
dibatasi dengan pertanyaan berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran atraktif
3. Apa
yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling
4. Bagaimana
isi kurikulum pembelajaran atraktif berbasis bimbingan dan konseling?
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Memperoleh
gambaran tentang pengertian kurikulum
2. Memperoleh
gambaran tentang model pembelajaran atraktif
3. Memperoleh
gambaran tentang bimbingan dan konseling
4. Memperoleh
kurikulum pembelajaran artaktif berbasis bimbingan dan konseling
D.
METODE PENULISAN
Metode penilisan makalah ini
adalah dengan menggunakan study litelatur dan browsing internet.
E.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan
makalah ini adalah BAB I PENDAHULUAN, BAB II ISI dan BAB III PENUTUP.
BAB II
ISI
A.
PENGERTIAN KURIKULUM
Popham
dan baker yang dikutip oleh Dimyati dan Mujiono (2006;26), menjelaskan
kurikulum adalah all planed learning
outcomes for which the school is responsible. Ini berarti kurikulum
dipandang sebagai hasil pembelajaran yang terencana, dimana sekolah bertanggung
jawab atas proses dan hasil yang diraihnya.
Sementata itu Romine (1954:14)
memberi penekanan lain pada aspek fleksibilitas ruang dan tempat dengan
menyatakan “ curriculum is interpreted to
mean all of the organized course, activity, and experiences which pupils have
under the direction if the school, whether in the clasroom or not, dari
pemaparan tersebut dapat diartika bahwa kurikulum tidak hanya terbatas pada
aktivitas di ruang kelas saja, namun segala pengalaman dan pelajaran yang telah
dikelola oleh pihak sekolah, baik itu diruang kelas maupun diluar kelas.
Pengertian lain dari KRUG
(Dimyati dan mujiono 2006, 267) menjelaskan kurikulum adalah segala cara yang
ditempuh sekolah untuk menyediakan siswa kesempatan agar mendapatkan pengalaman
belajar yang hiharapkan.
Lebih luas Purwanto (2008;1)
definisi segala aspek kehidupan dan lapangan hidup manusia dal;am masyarakat
modern ini yang dapat dimasukan ke dalam tanggung jawab sekolah, yang dapat
dipergunakan untuk mengembangkan pribadi murid serta memberikan sumbangan untuk
memperbaiki kehidupan masyarakat.
Hamalik 2008 :5 menarik benang
merah bahwa pada hakikatnya kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana
memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu pandangan yang
menyeluruh.
Nasution (2003:9) membagi
dimensi kurkulum menjadi 4 aspek yaitu Kurikulum sebagai produk, kurikulum sebagai
program, kurikulum sebagai materi yang akan dipelajari siswa dan kurikulum sebagai
pengalaman siswa.
B.
KURIKULUM
PEMBELAJARAN ATRAKTIF BERBASIS BIMBINGAN DAN KONSELING
Kurikulum ini dirancang
dengan menggunakan asas-asas bimbingan dan konseling dan pendekatan layanan
bimbingan dan konseling, materi yang dikembangkan yaitu materi pembelajaran
atraktif.
Bimbingan dan Konseling
memandang manusia sebagai individu yang sedang berkembang, memiliki potensi dan
bersifat unik, ABKIN menjelaskan “konseli sebagai seorang individu yang sedang
berada dalam proses berkembang atau menajdi (on
becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian”.
Kurikulum ini memiliki
prinsip yang berkenaan dengan prinsip bimbingan konseling. Terdapat bberapa
prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi bagi pelayanan bimbingan yaitu (1)
bimbingan dan konseling diperuntukan bagi semua konseli, (2) bimbingan dan
konseling sebagai proses individuasi, (3) bimbingan menekankan hal yang
positif, (4) bimbingn dan konseling merupakan usaha bersama, (5) pengambilan
keputusan merupakan hak yang esensial dalam bimbingan dan konseling, (6)
bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting kehidupan.
1. Tujuan
Kurikulum
Kurikulum ini bertujuan agar
individu dapat Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir
serta kehidupan dimasa yang akan datang. Dalam hal ini individu diarahkan
kepada pencapaian tugas-tugas perkembangannya agar tidak mendapatkan hambatan
pada pencapaian tugas-tugas perkembangan selanjutnya sesuai dengan
karakteristiknya, karakteristik anak TK, Merujuk kepada aspek-aspek
perkembangan anak yang meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, dan bahasa
yang dikembangkan dengan prinsip bermain sambil belajar.
Mengembangkan seluruh
potensi dan kekuatan yang dimilikinya dan Menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan dan lingkungan masyarakat,
dengan menggunakan model-model pembelajaran atraktif yaitu Model
Pembelajaran Suara, Bentuk dan Bilangan, Model Pembelajaran Spielformen, Model
Pembelajaran Sentra, Model Pembelajaran Proyek.
Mengatasi hambatan dan
kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan
maupun masyarakat, ini ditandai dengan pendekatan konseling yang komprehensif
artinay konseling tidak hanya dilakukan dengan siswanya saja tapi secara
komprehensif berkolaborasi dengan orang tua siswa dan pihak-pihak lain yang
terkait dalam pemecahan masalahnya.
2.
Sarana
dan prasarana
Dalam pelaksanaan
pembelajaran tidak terpaku terhadap suasana kelas saja, proses pembelajaran
bisa juga dilakukan di alam terbuka. Suasana ini harus dibangun seatraktif
dengan penataan kelas yang hidup, alat-alat permainan educatif yang menunjang
pembelajran harus tersedia lengkap.
3.
Materi
pembelajaran
Hal ini berkaitan dengan
model pembelajaran atraktif, model-model ini diantaranya
a. Model
Pembelajaran Suara, Bentuk dan Bilangan
Jenis model pembelajaran
suara, bentuk dan bilangan ini berorientasi pada konsep yang dikemukakan oleh
Johann Heindrich Pestalozzi yang beranggapan bahwa pendidikan bertujuan
mengembangkan daya-daya jiwa yang dimiliki anak sehingga menjadi orang yang
berguna bagi masyarakat dan negaranya. Pendidikan bukanlah upaya menimbun
pengetahuan pada anak didik namun pendidikan harus disesuaikan dengan
perkembangan anak menurut keadaan sesungguhnya ( kondratinya).
b. Model
Pembelajaran Spielformen
Model pembelajaran
Spielformen berdasarkan konsep dasar dari Frobel, seorang pendiri Kindergarten.
Frobel mengungkapkan bahwa mendidik pada hakekatnya adalah membangkitkan
manusia sebagai makhluk yang sadar, berpikir dan mengerti sehingga dapat
menterjemahkan hukum Tuhan di muka bumi. Pendidikan harus dimulai dari dalam
diri anak dan tidak memaksakan dari luar ke dalam diri anak. Prinsip utama dari
model pendidikan Frobel adalah pengembangan otoaktivitas (aktivitas yang
berasal dari dalam) pada anak agar mau melaksanakan kegiatan belajar. Prinsip
kedua adalah kebebasan atau suasana merdeka dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga anak dapat berkembang sesuai potensi masing-masing. Prinsip ketiga
yang dikemukakan oleh Frobel adalah pengamatan dan peragaan (menyangkut seluruh
indra) bai dari lingkungan fisik, sosial maupun keagamaan.
c. Model
Pembelajaran Sentra
Model pembelajaran sentra
(dalton) berdasarkan pandangan dari Helen Parkhust. Pandangan dasar Helen
tentang pendidikan adalah pengajaran harus disesuaikan dengann sifat dan
keadaan inividu. Sehingga bahan pengajaran dan cara mengajar yang dilakukan
oleh guru harus mengikuti dan memperhatikan tempo dan irama perkembangan setiap
anak. Seorang anak akan menguasai berbagai bahan pengajaran tanpa merasa
terhambat oleh kelebihan dan kekurangan anak lain. Bentuk pengajaran yang
diterapkan pada model pembelajaran sentra merupakan keterpaduan antara bentuk
membelajaran secara klasikal dan bentuk pembelajaran individual.
d. Model
Pembelajaran Proyek
Model pembelajaran proyek
adalah model pembelajaran berdasarkan konsep dasar dari Kilpatrick. Secara
harfiah, proyek mempunyai makna, maksud atau rencana. Dalam satu kegiatan
pengajaran, proyek dibica-rakan antara guru dan murid secara bersama-sama dalam
rangka me-mahami berbagai sendi-sendi dasar pengetahuan pada berbagai bidang
pengembangan. Proyek adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan guru dengan
jalan menyajikan suatu bahan pengajaran yang memungkinkan murid mengolah
sendiri untuk menguasai bahan pengajaran tersebut.
4. Persyaratan
umum TK Atraktif
Taman Kanak-kanak dapat
dikatakan atraktif apabila memenuhi 3 persyaratan yang disebut sebagai 3 pilar
utama.
Pilar pertama:
Penataan lingkungan, baik di dalam maupun diluar kelas. Walaupun penataan
lingkungan di TK sudah ada dalam buku pedoman sarana pendidikan TK. Namun bagi
seorang guru yarrg kreafif, tidak ada sejengkal ruangan yang tidak bisa
dijadikan sarana pengembangan anak. Segi penataan lingkungan di dalam kelas,
setiap ruangan, mulai dari lantai, dinding, rak buku, jendela, sampai
langit-langit dapat dibuat menjadi atraktif. Begitu juga segi penataan
lingkungan di luar kelas, mulai dari pintu gerbang, jalan menuju kelas, tanaman
hias, apotik hidup, kandang binatang ternak, saluran air, tempat sampah, papan
pengumuman, ayunan, jungkitan, papan luncur sampai terowongan semuanya bisa
dirancang atraktif. Contoh: Pintu gerbang- bisa dibentuk menjadi bentuk ikan
hiu, harimau atau ayam.
Pilar kedua: Kegiatan
bermain dan -alat permainan edukatif, Merancang, dan mengembangkan berbagai
jenis alat permainan edukatif, bagi guru yang kreatif akan menggunakan
bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar anak, misalnya terbuat dari
koran, kardus, biji kacang hijau, batang korek api, lilin, gelas aqua dan
sebagainya. Demikian pula pada kegiatan pengembangan kemampuan anak, akan
dikemas oleh guru menjadi kegiatan yang menarik. dalam suatu Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM), contohnya dalam pembukaan ada kegiatan brainstorming,
dalam proses permainan ada kegiatan fun cooking, sandal making, story
reading, atau story telling.
Pilar ketiga: Ada
interaksi edukatif yang ditunjukkan guru. Guru TK harus memahami dan
melaksanakan tindakan edukatif yang sesuai dengan usia perkembangan anak. Mulai
dari. pembukaan kegiatan proses KBM sampai penutup kegiatan. Tindakan guru
dapat dimulai dengan memberikan teladan, misalnya cara duduk, membuang sampah
etika makan, berpakaian, berbicara dan sebagainya. Demikian pula cara
bertindak, misalnya memberi pujian dan dorongan pada anak, menunjukkan kasih
sayang dan perhatian hendaknya adil.
5.
Bentuk
Layanan
a. Layanan
Dasar Bimbingan yaitu proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui
kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal.
b. Layanan
Responsif Bimbingan
Memungkinkan siswa mendapatkan layanan
langsung tatap muka dengan guru dalam pengentasan masalah, guru menggunakan
teknik konseling. Kolaborasi dengan wali kelas, personel sekolah lain dan orangtua
anak
c. Perencanaan
Individual
Membantu anak memantapkan program
keahlian yang sesuai dengan bakat, minat dalam memotivasi belajar, emmbantu
anak merencanakan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
d. Dukungan
system
Melakukan kolaborasi dengan orangtua
siswa, guru mata pelajaran, wali kelas, kepala sekolah, guru BK, dan personel
sekolah lainnya. Melakukan kunjungan rumah
6.
Pelaksanaan
Pelaksaan pembelajaran
merujuk kepada satuan layanan bimbngan dan konseling seperti dibawah ini
Satuan
Layanan Kegiatan Bimbingan
Tema/ topik
|
Creative Shooping games
|
Waktu
|
1 kali pertemuan
1 x 45 menit
|
Sasaran
|
Siswa TK
|
Kompetensi
|
Pencapaian kematangan intelektual
|
Sub kompetensi
|
mengenal berbagai bentuk, warna dan ukuran
|
Indikator
|
Anak dapat mengelompokan bentuk
|
Tujuan
|
Anak mengenal bentuk, warna, ukuran dan Terampil
berkomunikasi,
|
Strategi
Teknik
|
Bimbingan klasikal
Permainan
|
Media
|
Aneka makanan (jika berkemasan disarankan kotaknya saja
agar lebih ringan), kursi, bangku panjang dan meja
|
Langkah Layanan
|
-
Pembimbing
menginformasikan kepada anak bahwa kita akan bermain amazing Shoping games
(permainan berbelanja)
-
pembimbing menaruh
makanan pada meja kemudian membuat jembatan dengan bangku panjang dan menaruh
kursi didepan jembatan. pembimbing berperan sebagai ibu dan siswa berperan
sebagai anak
-
pembimbing menyuruh
anak untuk berbelanja dengan memberi clue berupa bentuk, ukuran dan warna.
-
refleksi
|
Evaluasi
|
Apakah anak mampu
mengenal bentuk, ukuran, dan warna
|
Sumber rujukan
|
Belajar
sambil bermain
|
Materi Layanan
|
Terlampir
|
Satuan Layanan Bimbingan
Tema/ topik
|
Telling my world
|
Waktu
|
1 kali pertemuan
1 x 45 menit
|
Sasaran
|
Siswa TK
|
Kompetensi
|
Pencapaian perkembangan berbahasa
|
Sub kompetensi
|
Anak
mampu mendengarkan dan berkomunikasi secara lisan
|
Indikator
|
Anak dapat mendengarkan, memahami kata dan bercerita
dengan kalimat sederhana
|
Tujuan
|
Anak Mendengarkan cerita dan menceritakan pengalamannya.
|
Strategi
Teknik
|
Bimbingan klasikal
Bercerita
|
Media
|
-
|
Langkah Layanan
|
-
Pembimbing
menginformasikan kepada anak bahwa ibu akan bercerita
-
Pembimbing bercerita
secara sederhana permainan yang disukainya
-
pembimbing menyuruh
anak untuk bercerita permainan yang disukai anak
-
refleksi
|
Evaluasi
|
Apakah anak mampu
mendengarkan dengan baik
Apakah anak mampu
bercerita dengan kalimat sederhana
|
Sumber rujukan
|
-
|
Materi Layanan
|
Terlampir
|
Satuan Layanan Kegiatan Bimbingan
Tema/ topik
|
Mengenal nama dan fungsi tubuh dengan bernyanyi dan
bergerak
|
Waktu
|
1 kali pertemuan
1 x 45 menit
|
Sasaran
|
Siswa TK
|
Kompetensi
|
Pencapaian kematangan perkembangan motorik
|
Sub kompetensi
|
Anak
mampu mengenal nama bagian-bagian tubuhnya beserta fungsinya dan menyentuh
bagian tubuh yang disebutkan dalam nyanyiannya
|
Indikator
|
Anak dapat mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh dan
menyentuh dengan benar bagian tubuh yang disebutkan
|
Tujuan
|
Anak menyentuh bagian-bagian tubuhnya sambil bernyanyi dan
menyebutkan nama tubuh beserta fungsinya
|
Strategi
Teknik
|
Bimbingan klasikal
Bernyanyi sambil bergerak
|
Media
|
-
|
Langkah Layanan
|
-
Pembimbing
menginformasikan kepada anak bahwa kita akan bernyanyi
-
Pembimbing bernyanyi
bersama sambil membantu anak menyentuh bagian tubuh yang dinyanyikan
-
refleksi
|
Evaluasi
|
Apakah anak mampu
bernyanyi dengan baik?
Apakah anak mampu menyebutkan
nama anggota tubuh beserta fungsinya ketika ditanya oleh pembimbing?
|
Sumber rujukan
|
-
|
Materi Layanan
|
Terlampir
|
C. ANALSIS
HAMBATAN
1. Sumber
daya manusia
Untuk
merealisasikan kurikulum ini hambatan yang paling utama hambatan dalam bidang
SDM, karena tidak semua guru PAUD yang memahami konsep bimbingan dan konseling,
konsep bimbingan dan konseling dipahami dengan mendalam oleh mahasiswa lulusan
jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan. Disamping itu guru harus dalam
mendobrak pandangan yang sudah mengakar pada masyarakat yang menyatakan bahwa
siswa PAUD yang pintar adalah siswa yang dapat menyelesaikan perhitungan
matematika dan membaca cepat, hal ini jelas bertentangan dengan tugas-tugas
perkembangan usia TK dan karakteristik anak TK. Disamping itu dewasa ini
persyaratan untuk memasuki SD favorit haruslah mereka sudah pintar menbaca dan
berhitung, guru ahrus bisa mensiasati ahl tersebut agar tidak bertentangan
dengan konsep pembelajaran atraktif ini.
Dalam
hal ini berarti perlu adanya pelatihan-pelatihan terhadap guru PAUD untuk
memantapkan pemahaman konsep kurikulum ini dan terampil dalam pelaksanaan
pembelajarannya dan prosesnya akan lama.
2. Sarana
prasarana
Bagi
PAUD-PAUD yang sudah berkembang baik hal ini tidak menjadi hambatan, karena
sekarang sudah banyak PAUD yang memiliki alat-alat permainan educatif dan
tempat yang memadai. Namun bagi PAUD yang belum berkembang, penyediaan sarana
dan prasarana ini akan menghambat penerapan kurikulum ini.
- Kebijakan teknis
Kurikulum
PAUD telah memiliki kurikulum tersendiri dari Departemen Pendidikan Nasional,
dalam hal ini perlu penyesuaian kembali antara kurikulum dari Departemen
Pendidikan Nasional dengan kurikulum Sekolah.
Ranah guru yang mengajar di PAUD adalah
guru lulusan dari PD PAUD namun dalam bimbingan dan konseling anak khsusunya
untuk PAUD, proses bimbingan dan konseling include dengan pembelajaran jadi sebenarnya
lulusan Bkpun bisa mengajar di PAUD. Namun saat ini belum ada kejelasan dari
pemerintah tentang kedudukan guru bimbingan dan konseling di PAUD seperti apa,
bahkan kebanyakan PAUD mengangkat psikolog dalam penanganan masalah siswa.
Dalam
buku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional mengenai Penataan
Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan bimbingan dan Konseling Dalam Jalur
Pendidikan Formal ditegaskan bahwa posisi konselor di TK adalah sebagai
Konselor Kunjung, namun pada kenyataannya sampai sekarang belum ada kejelasan
tentang posisi konselor di PAUD.
D.
SOLUSI
Dalam pemahaman kurikulum
ini secara menyeluruh maka perlu adanya pelatihan yang dilakukan terhadap
guru-guru PAUD, selain itu dapat mengoptimalkan peran dan fungsi bimbingan dan
kopnseling.
Kebutuhan pengembangan diri
peserta ddiik nyaris sepenuhnya ditangani oleh guru Taman kanak-kanak sesuai
dnegan konteks tugas dan ekspektasi kinerjanya, guru PAUD formal menggunakan
spektrum karakteristik perkembangan peserta didik sebagai konteks permainan
yang memicu perkembangan kepribadian peserta didik secara utuh. Namun demikian
konselor dapat berperan secara produktif di jenjang taman Kanak-kanak bukan
dengan memposisikannya sebagai fasilitator pengembangan peserta didik yang
tidak jelas posisinya, melainkan dengan memposisikan sebagai konselor kunjung (Roving Counselor) yang diangkat pada
tiap gugus sekolah untuk membantu guru taman kanak-kanak mengatasi prilaku
mengganggu (Distruptif behavior)sesuai
keperluan, antara lain dengan pendekatan Direct
Behavioral Consultation. (ABKIN : 2008)
Karena peran Bimbinagn dan
Konseling di TK include dengan kegiatan sekolah maka guru BK dapat
menginformasikan kurikulum ini secara menyeluruh terhadap personel sekolah
lainnya dan ikur serta dalam pembuatan kurikulum. Dengan hal tersebut kurikulum
ini dapat dijalankan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam pengimplementasian
kurikulum pembelajaran atraktif berbasisi bimbingan dan konseling tidaklah
mudah, butuh pemahaman semua pihak tentang apa dan bagaimana bimbingan dan
konseling diterapkan sebagai bagian dari kurikulum PAUD diperlukan peran bimbingan dan konseling di
TK, sementara itu sampai saat ini posisi konselor di TK masih belum jelas. Kurikulum
ini menggunakan landasan bimbingan dan konseling dan materi yang dsampaikan
menggunakan model pembelajaran atraktif. Dengan melakukan pelatihan-pelatihan
terhadap guru-guru TK tentang kurikulum ini akan memberikan pemahaman tentang
kurikulum ini, namun ini akan sangat lama karena diperlukan pengawasan apakah
pengimplementasian kurikulum dilakukan dengan baik atau tidak.
Solusi dari permasalahan ini
adalah dengan melakukan pelatihan-pelatihan terhadap guru-guru TK dan
memfasilitasi fungsi dan peran konselor di TK.
B.
REKOMENDASI
Kejelasan peran dan konteks
kerja konselor di PAUD akan memudahkan dalam penerapan kurikulum ini. Perlu
adanya perhatian khusus tentang status konselor di TK dan perhatian terhadap
kurikulum PAUD yang selama ini belum sesuai dengan karakteristik anak usia TK,
pengimplementasian kurikulum pembelajaran atraktif berbasis bimbingan dan
konseling ini adalah kurikulum yang disesuaikan dengan karakteristik dan
kebutuhan siswa TK, sehingga siswa TK dapat beraktifitas sesuai dengan karakter
seusianya.
0 comments:
Post a Comment