BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah, dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam.
Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil
tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang
justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa
ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas,
diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction;
(c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning
disabilities. Hanbatan tersebut
salah satunya dilatar belakangi ketidaktercapaiannya kompetensi belajar pada
tingkat tertentu sehingga menghambat bagi ketercapaian kompetensi belajar
selanjutnya.
Kompetensi belajar menurut ASCA International Model (Nandang:2009)
meliputi tiga aspek yaitu aspek keterampilan belajar, aspek kegemilangan
skolastik dan aspek sukses akademik menuju sukses hidup.
Konselor di sekolah
sebagai salah satu kualifikasi pendidik memiliki peran penting dalam pencapaian
kompetensi belajar peserta didik, dari latar belakang inilah dilakukan
praktikum bimbingan dan konseling belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Seperti apa gambaran profil ketercapaian
kompetensi belajar siswa kelas X-E SMA Angkasa Bandung?
2.
Seperti apa rumusan program bimbingan belajar berdasarkan
profil kompetensi belajar siswa kelas X-E SMA Angkasa Bandung?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Memperoleh gambaran profil ketercapaian
kompetensi belajar siswa kelas X-E SMA Angkasa Bandung
2.
Memperoleh program bimbingan belajar berdasarkan
profil kompetensi belajar siswa kelas X-E SMA Angkasa Bandung
A. METODE PENULISAN
Adapun yang menjadi sumber data dalam
praktikum ini adalah data yang diperoleh dari observasi langsung kelapangan
yaitu wawancara, observasi, penyebaran instrumen dan sosimetri juga data yang mendukung yaitu terdiri dari
studi literatur dan browsing internet
B. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematikka laporan ini yaitu BAB I
PENDAHULUAN, BAB II KAJIAN TEORI, BAB III PEMBAHASAN dan BAB IV PENUTUP
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. PENGERTIAN BELAJAR
Menurut Winkel (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/),
Belajar adalah semua
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam
(Sumardi Suryabrata, 1984:252 dalam http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/)
belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne
dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan
sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat
adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta
akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang
bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar
adalah perubahan dari diri seseorang.
Menurut
Suherman (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru secara menyeluruh, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka
dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan
oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara
sesudah belajar dan sebelum belajar.
Dalam kegiatan
belajar, tingkah laku siswa sebaiknya mengikuti alur sebagai berikut: (1)
merasakan adanya kebutuhan (need) akan belajar, (2) timbul motivasi belajar,
(3) individu bertingkahlaku untuk belajar, (4) adanya intensive (kepuasan
dan terpenuhinya kebutuhan), dan (5) diarahkan kepada tujuan. Sedangkan
ciri-ciri perubahan belajar adalah : (1) perubahan yang disadari, (2) perubahan
dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer dan bukan
karenan kematangan, pertumbuhan atau perkembangan, dan (5) perubahan dalam belajar
bertujuan dan terarah.
D. TEORI BELAJAR
1. Teori
Behaviorisme
Aliran
behaviorisme memandang bahwa terbentuknya tingkah laku diperoleh karena adanya
interaksi antara individu dengan lingkungan melalui hubungan stimulus (rangsangan)
dengan respon (jawaban). Perubahan tingkah laku lebih banyak dipengaruhi
oleh lingkungan. Jadi lingkungan merupakan faktor yang paling dominan dalam
proses terjadinya perubahan tingkah laku. Tokoh aliran behaviorisme antara lain
Pavlov dengan teori Classical Conditioning serta Thorndike dan
Skinner dengan teori Operant Conditioning.
a. Teori
Classical Conditioning
Menurut teori Classical
Conditioning, respon (tingkahlaku baru) akan terjadi secara otomatis jika
terdapat stimulus baru. Implikasi teori ini dalam pembelajaran antara lain:
siswa akan belajar dengan baik apabila diciptakan stimulus yang menyenangkan
seperti perlakuan guru yang hangat, penyampaian materi pelajaran yang menarik,
serta ruangan kelas yang membuat betah. Teori Ivan Pavlov ini memberikan
sumbangan dalam hal pembentukan pembiasaan, pentingnya motivasi dan proses
generalisasi.
b. Teori
Operant Conditioning
Teori operant
conditioning berpandangan bahwa belajar adalah pembentukan perilaku
otomatis yang diperkuat atau diperlemah oleh consequence atau antecendence.
Sementara tujuan berfungsi mengendalikan tindakan. Tujuan sebagai pengendali tindakan
disebut operant. Tokoh utama teori ini adalah Edward Thorndike dan
Skinner. Implikasi teori ini terhadap pembelajaran antara lain adalah memberikan
rangsangan dan peneguhan, pengukuhan, penguatan, pada siswa merupakan unsur
pertama dalam pengajaran, siswa selalu mendapat perhatian secara individual,
karena setiap siswa memiliki pola respon yang berbeda, perlu memperhatikan
kesiapan siswa dalam belajar. menciptakan suasana kelas yang kondusif, memilih
metode belajar yang merangsang siswa sehingga siswa mau belajar.
2. Teori
Gestalt
Tokoh psikologi
gestalt adalah Max Werheinner seorang ahli psikologi Jerman yang mencoba
mengadakan eksperimen dengan mencoba membedakan pengamatan visual dengan
fenomenan fisik. Ia bersama dengan Kurt Kofka dan Wolfgang Kahler mengembangkan
hukum-hukum pengamatan dan menerapkannya dalam belajar dan berfikir. Menurut M.
Surya (1996) beberapa aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara
lain :
a. Pengalaman
tilikan (insight)
Dalam
proses pembelajaran hendaknya para pelajar memiliki kemempuan tilikan yaitu
kemampuan untuk menciptakan hubungan antar unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa. Guru hendaknya mengembangkan siswa dalam memecahkan masalah dengan
proses tilikan.
b. Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning)
Kebermaknaan
unsur-unsur yang terkait dalam suatu obyek atau peristiwa, akan menunjang
pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal ini sangat penting dalam
kegiatan pemecahan masalah khusunya dalam identifikasi masalah dan pengembangan
alternatif pemecahannya.
c. Perilaku
bertujuan (purpose behavior)
Berdasarkan
prinsip ini, proses pembelajaran akan lebih efektif apabila pelajar mampu
mengenal tujuan yang akan dicapainya, dan selanjutnya mampu mengarahkan
perilaku belajarnya ke arah tujuan tersebut.
d. Prinsip
ruang hidup (life space)
Konsep
ini dikembangkan ole Kurt Lewin dalam teori medan (filed theory) yang menyatakan
bahwa perilaku individu mempunyai keterkaitan dengan lingkungan atau
medan-medan dimana ia berada. Materi yang diajarkan ole guru hendaknya memilki
keterkaitan dengan situasi lingkungan.
e. Transfer
dalam pembelajaran
Menurut
teori ini transfer akan terjadi apabila siswa telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu permasalahan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan
dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
Pelayanan
bimbingan belajar di sekolah akan berjalan secara terpadu dengan program pengajaran.
Oleh karena itu kegiatan bimbingan belajar terkait erat dengan tugas dan
peranan guru. Masalah-masalah belajar seringkali membawa ketimpangan
sosio-psikologis pada diri siswa bahkan mungkin lebih jauh dari itu. Bimbingan
belajar berupaya untuk mengeliminasi sejauh mungkin akses tersebut terhadap
proses belajar sekaligus membantu siswa agar mampu melakukan penyesuaian diri
dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.
1. Pengertian
Bimbingan Belajar
Suherman (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR)
bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan
dari guru/guru pembimbing kepada siswa dengan cara
mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan
menumbuhkan kemampuan agar siswa terhindar dari dan atau dapat mengatasi
kesulitan belajar yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar
yang optimal. Hal ini mengandung arti bahwa para guru/guru
pembimbing berupaya untuk memfasilitasi agar siswa
dapat mengatasi kesulitan belajarnya dan sampai ada tujuan
yang diharapkan.
2. Fungsi
Bimbingan Belajar
Bimbingan
belajar mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi
Pencegahan (Preventive Function), Bimbingan
belajar berupaya untuk mencegah atau mereduksi kemungkinan masalah.
b. Fungsi
Penyaluran (Distributive Fungction), Fungsi
penyaluran berarti menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan bakat
dan minat sehingga mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuannya,
c. Fungsi
Penyesuaian (Adjustive Function), upaya membantu
siswa menyerasikan program pengajaran dengan kondisi obyektif mereka agar dapat
menyesuaikan diri, memahami diri dengan tuntutan program pengajaran yang sedang
dijalaninya.
d. Fungsi
Perbaikan (Remedial Function), upaya untuk memahami
kesulitan belajar, mengetahui faktor penyebab, dan bersama siswa menggali
solusinya.
e. Fungsi
Pemeliharaan (Maintencance and Development Function), Belajar
dipandang positif harus tetap dipertahankan, atau bahkan harus ditingkatkan
agar tidak mengalami kesulitan lagi,
3. Manfaat
Bimbingan Belajar
a.
Manfaat Bagi Siswa
1)
Tersedianya kondisi
belajar yang nyaman dan kondusif yang memungkinkansiswa dapat mengembangkan
kemampuan potensinya secara optimal.
2)
Terperhatikannya
karakteristik pribadi siswa secara utuh yang akan menjadi dasar bagi yang
bersangkutan untuk menempatkan dirinya ada posisi yang tepat.
3)
Dapat mereduksi dan
mengatasi kemungkinan terjadinya kesulitan belajar yang pada gilirannya dapat
meningkatkan keberhasilan belajar.
b.
Manfaat Bagi Guru/Guru
Pembimbing
1)
Membantu untuk lebih
mampu menyesuaikan materi pembelajaran, bahkan program pembelajaran dengan
keadaan siswa secara perorangan maupun kelompok.
2)
Memudahkan guru
pembimbing dalam memahami karakteristik siswanya sebagai dasar untuk membantu
pengembangan potensi mereka bahkan sampai pada posisi penentuan bantuan kepada
mereka.
4. Tujuan
Bimbingan Belajar
Secara lebih
khusus tujuan bimbingan belajar, diantaranya ialah agar siswa :
a. Mengenal,
memahami, menerima, mengrahkan dan mengaktualisasikan potensi dirinya secara optimal
sesuai dengan program pengajaran.
b. Mampu
mengembangkan berbagai keterampilan belajar.
c. Mampu
memecahkan masalah belajar.
d. Mampu
menciptakan suasana belajar yang kondusif.
e. Memahami
lingkungan pendidikan.
5.
Kompetensi
belajar
Berikut adalah keterkaitan ranah-ranah
perkembangan siswa dengan tujuan ASCA, Standar Nasional Program Konseling
Sekolad dari CSCA, ragam kompetensi menurut NOICC dan Connecticut’s Common Core
of Learning pada bidang akademik. (Rusmana : 2009)
Ranah (bidang muatan)
|
Tujuan CSCA (serpihan)
|
Standar ASCA (tujuan)
|
NOICC (Kompetensi)
|
CT Common Core
(Keterampilan/kompetensi)
|
Akademik
|
Keterampilan untuk belajar
|
Standae 1 : para siswa dapat
memperoleh sikap, pengetahuan dan keterampilan yang memberikan sumbangan bagi
efektifitas belajar di sekolah hingga melintasi sepanjang rentang
kehidupannya
|
Kompetensi 4 : kedasaran terhadap
manfaat prestasi pendidikan
Kompetensi 6 :kesadaran terhadap
hubungan antara kerja dengan belajar
|
Para sisawa dapaat mengekplorasi
informasi dan argumen dari berbagai sudut opandang agar dapat berpikir scara
kritis dan kreatif disamping juga menuntaskan berbagai persoalan
|
Kegemilangan skolastik
|
Standar 2: para siswa dapat
merampungkan jenjan sekolah dengan persiapan akademik yang esensial dalam
membuat pilihan di antara opsi-opsi substansial pasca sekolah lanjutan
meliputi kuliah salah satunya
|
Kompetensi 6 : Keterampilan untuk
memahami dan memmanfaatkan informasi karier
|
Para sisawa dapat belajar tentang cara
penerapan keterampilan akademik, kritis, praktis, teknis dan siap pakai yang
dibutuhkan untuk mencapai sukses pada pendidikan tinggi dan tempat kerja
disamping cara mengelola kehidupan mereka
|
|
Sukses akademik menuju sukses hidup
|
Standar 3: para siswa dapaat memahami
hubungan antara bidang akademik dengan dunia kerja dan antara kehidupan dalam
rumah dengan di tengan masyarakat
|
Kompetensi 7 : Kesadaran terhadap
pentingnya tanggung jawab pribadi dan kebiasaan kerja yang bagus
Kompetensi 8 : kesadaran terhadap cara
pekerjaan bersesuaian dengan kebutuhan dan peran-peran yang ada pada
masyarakat
|
Para siswa dapat menelusuri alam ide
secara aktif
Para siswa dapat menunjukan upaya dan
ketekunan yang dibutuhkan demi meraih kegemilangan di sekolah, pekerjaan dan
kehidupan
|
2 comments:
Bimbingan belajar memang diperlukan bagi beberapa siswa, namun jangan sampai membebankan anak. Pilihan mana yang sekiranya menjadi talentanya itulah yang seharusnya mendapat tambahan bimbingan, bukan apa yang menjadi kekurangannya. Pada keyataannya orang tua takut dan kemudian membarikan bimbingan belajar pada mata pelajaran yang kurang baik nilainya, karena takut tidak lulus. Namun jika hal kedua yang dilakukan maka si anak tidak akan menjadi lebih pandai.
Ketika bimbel diberikan pada siswa yang menunjukkan bakat terhadap salah satu mata pelajaran, maka ini akan menjadi spesialisasi dan benar benar ahli nantinya.
terimakasih atas tambahannya. belajar itu memang tidak akan ada hentinya untuk siapapun, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, yang kurang pandai, yang sudah pandai, yang jenius.
Post a Comment